Perbedaan yang Dialami saat Kehamilan Anak Pertama dan Kedua

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap kehamilan memang menghadirkan pengalaman yang berbeda dan tidak bisa diprediksi. Misalnya, Anda akan merasa lebih cepat lelah dibanding saat hamil anak pertama. Selain itu, di kehamilan anak kedua ini Anda juga menjalani peran sebagai ibu. Anda pun harus menyeimbangkan peran antara merawat anak yang mungkin masih balita di tengah segala keterbatasan yang dialami oleh ibu hamil.

Pengalaman setiap ibu dalam menjalani kehamilannya mungkin berbeda-beda. Namun, secara garis besar terdapat perbedaan mendasar yang dialami oleh ibu hamil dalam kehamilan anak pertama dibanding anak keduanya, yaitu:

- Perubahan kondisi payudara: di kehamilan pertama, payudara ibu akan sangat sensitif dan membesar. Sedangkan di kehamilan kedua, payudara tidak akan terlalu sensitif dan tidak terlalu membesar seperti di kehamilan pertama.

- Lebih cepat buncit: di kehamilan pertama, perut ibu hamil biasanya baru bunci setelah trimester pertama, namun perut akan lebih cepat buncit saat hamil anak kedua. Hal ini dikarenakan otot perut yang sudah kendur saat ibu hamil anak pertama.

- Bayi terasa bergerak lebih awal: ibu yang hamil anak kedua mungkin merasakan gerakan yang lebih awal dibanding anak pertama. Hal ini dikarenakan ibu sudah tahu rasanya ditendang janin.

- Kontraksi Braxton Hicks (kontraksi palsu) lebih awal: ibu hamil anak kedua akan merasakan kontraksi palsu lebih awal dibanding hamil anak pertama.

- Persalinan yang lebih cepat: untuk ibu hamil yang melahirkan lewat vagina (persalinan normal), pembukaan jalan lahir akan berlangsung lebih cepat.

Tantangan terbesar yang mungkin dihadapi oleh ibu hamil anak kedua adalah menjaga keseimbangan antara menjadi orangtua untuk anak pertama dan menjaga kesehatan janin di dalam perut. Namun untuk mengatasinya ingatlah pedoman dasar kehamilan sehat seperti konsumsi 400 mg asam folat per hari hingga usia kandungan mencapai 12 minggu. Asam folat melindungi janin dari risiko cacat bawaan, seperti spina bifida.

Atur pola makan sehat yang dapat memenuhi kebutuhan Anda dan bayi di dalam kandungan. Batasi konsumsi kafein Anda hingga maksimal 200 mg per hari atau sekitar 2 cangkir teh atau 2 cangkir kopi instan. Jangan lupa lakukan olahraga ringan setiap hari. Bila memungkinkan, ajak anak pertama untuk melakukan melakukan gerakan yang sama atau bawa ia jalan-jalan sore. Selain itu, mulai lakukan bonding dengan bayi di dalam kandungan, misalnya dengan mengajaknya bicara atau sekedar mengusap-usap perut Anda sambil melantunkan doa.

Jika Anda mengalami mual atau muntah di kehamilan pertama, Anda mungkin tidak akan merasakannya lagi di kehamilan kedua. Sayangnya, hal ini tidak berlaku jika Anda mengalami mual dan muntah yang berlebihan atau yang disebut hiperemesis gravidarum.

Memang, Anda tidak otomatis akan menderita kondisi ini lagi di kehamilan anak kedua. Hanya saja, sekitar 15 persen ibu hamil anak kedua yang mengalami hiperemesis gravidarum mengaku juga merasakan hal yang sama pada kehamilan anak pertama.

Masalah lain yang mungkin berulang saat Anda hamil anak kedua, yaitu varises, wasir, maupun keinginan untuk buang air kecil yang tak terkontrol. Begitu pula jika di kehamilan pertama, Anda mengalami diabetes gestasional atau preeklampsia, maka Anda berpeluang mengalami hal yang sama di kehamilan kedua ini.

Sisi positifnya, Anda lebih peka dan waspada dengan gejala yang menyertainya. Anda juga bisa mengonsumsi obat atau mengubah pola hidup untuk meredakan gejalanya. Tentu Anda harus selalu berkonsultasi dengan dokter jika memiliki komplikasi dalam kehamilan sebelumnya. Dokter mungkin akan melakukan tindakan pencegahan agar kehamilan kedua ini berjalan lebih lancar dan sehat.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."