Batuk Berdahak Tak Kunjung Sembuh, Waspada Bronkiektasis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi batuk. health24.com

Ilustrasi batuk. health24.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Batuk berdahak bisa disebabkan mulai kondisi umum seperti pilek dan flu hingga yang serius seperti penyakit-penyakit kronis. Ketika mengalami batuk berdahak, tenggorokan Anda mungkin akan merasa tidak nyaman, serak, sakit, dan sulit menelan.

Baca juga: Jangan Sepelekan Batuk pada Anak Jika Disertai Gejala Lain

Batuk berdahak biasanya hanya terjadi selama beberapa hari atau minggu. Namun, bila batuk berdahak tidak kunjung sembuh setelah berminggu-minggu, maka Anda harus mewaspadai penyebab tertentu seperti bronkiektasis. Kondisi ini terjadi ketika dinding saluran udara (bronkus) rusak, menebal, dan melebar akibat peradangan kronis atau infeksi sehingga mengakibatkan penumpukan lendir. Seluruh sistem pernapasan memang dilapisi oleh selaput lendir.

Lendir menjaga saluran udara tetap lembap dan melindungi paru-paru dari iritasi. Akan tetapi, saat Anda melawan infeksi, tubuh akan menghasilkan lebih banyak lendir dari biasanya. Penumpukan lendir dapat terjadi dan membuat saluran udara tersumbat sehingga menyebabkan Anda mengalami batuk berdahak. Batuk ini bahkan dapat berlangsung hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Tak hanya batuk berdahak, bronkiektasis juga dapat membuat Anda mengalami sakit dada, sesak napas, mengi, kelelahan, berat badan menurun, dan sering mengalami infeksi pernapasan. Untuk mengatasi hal ini, Anda dapat melakukan latihan pernapasan untuk membersihkan saluran udara, melakukan rehabilitasi paru-paru, mengonsumsi obat pengencer lendir, dan mengonsumsi obat pembuka saluran pernapasan. Selain itu, hindari pula terpapar asap rokok, polusi udara, dan bahan kimia.

Selain bronkiektasis, terdapat berbagai penyebab lain dari batuk berdahak. Penyebab-penyebab ini umumnya berhubungan dengan penyakit terkait saluran pernapasan. Penyebab-penyebab tersebut meliput:

#1. Asma
Pada sebagian orang, asma dapat menghasilkan lendir berlebih secara terus menerus. Ketika asma Anda kambuh karena udara dingin, terpapar bahan kimia, atau wewangian maka batuk berdahak biasanya akan muncul. Kondisi ini bahkan bisa parah karena disertai dengan mengi dan sesak dada. Pada sebagian penderita asma, batuk dapat menjadi gejala utama.

#2. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis dapat menyebabkan peradangan saluran udara dalam waktu yang lama sehingga mengakibatkan batuk berdahak yang berwarna. Kondisi ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang biasa terjadi akibat merokok.

#3. Postnasal Drip
Saat hidung atau sinus Anda menghasilkan lendir berlebih, lendir tersebut dapat menetes ke tenggorokan bagian belakang sehingga memicu Anda batuk berdahak secara refleks. Kondisi ini dapat disebut sebagai sindrom saluran napas atas.

#4. Cystic Fibrosis
Cystic Fibrosis
merupakan penyakit langka yang dapat menyebabkan paru-paru dan saluran udara kelebihan lendir sehingga menyebabkan batuk berdahak. Ketika Anda mengalami kondisi ini, maka paru-paru dapat tersumbat. Cystic fibrosis merupakan penyakit keturunan.

#5. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi di paru-paru Anda yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Kondisi ini dapat menyebabkan batuk berdahak karena produksi lendir yang berlebih di paru-paru. Pneumonia memiliki tingkat keparahan, mulai dari ringan hingga dapat mengancam jiwa.

#6. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah beberapa kondisi yang dapat merusak paru-paru, dan saluran udara di paru-paru. Kondisi ini dapat menjadi penyebab batuk berdahak yang banyak diakibatkan oleh kebiasaan merokok.

Jika Anda mengalami batuk berdahak yang dirasa sangat mengganggu atau berkepanjangan, sebaiknya segera periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dan tepat.

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."