Cara Supaya Cepat Hamil Meski Alergi Sperma

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi suami istri konsultasi ke dokter. medmarkallied.com

Ilustrasi suami istri konsultasi ke dokter. medmarkallied.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Alergi sperma atau seminal plasma hypersensitivity dapat dialami wanita dan pria. Bagi yang mengalami alergi sperma mungkin ia dan pasangannya akan bersedih karena menganggap kemungkinan untuk hamil menjadi sulit. Namun, tidak perlu berkecil hati, karena orang yang alergi sperma tetap dapat hamil.

Baca juga: Ikut Program Bayi Tabung, Perhatikan 5 Hal Ini

Seminal plasma hypersensitivity atau alergi sperma dapat membuat vagina menjadi gatal, bengkak, kemerahan, dan terasa terbakar setiap kali pasangan ejakulasi. Alergi sperma juga dianggap menyebabkan sulit hamil karena dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam berhubungan seksual. Penderitanya bahkan harus menggunakan pengaman setiap kali berhubungan agar tidak muncul reaksi alergi.

Kondisi itu tentu akan menyulitkan penderita alergi sperma dan pasangannya untuk memiliki keturunan, serta dapat mengancam keharmonisan rumah tangga mereka. Akan tetapi, jangan berkecil hati dulu karena ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk cepat hamil. 

#1. Intrauterine insemination (IUI)
Intrauterine insemination (IUI) adalah prosedur yang dilakukan untuk mengobati kesulitan hamil yang dialami akibat alergi sperma. Pada prosedur ini, sperma diletakkan langsung di rahim ketika ovarium melepaskan sel telur untuk dibuahi (ovulasi). Sperma yang dicuci tidak lagi mengandung protein yang bisa menimbulkan alergi.

Tujuan dari prosedur ini agar sperma bisa berenang ke saluran tuba dan membuahi sel telur sehingga kehamilan dapat terjadi. Akan tetapi, setiap prosedur tentu ada kemungkinan risikonya. Risiko dari IUI yang mungkin terjadi, di antaranya kehamilan kembar. Meski sebenarnya tidak meningkatkan risiko seseorang mengalami kehamilan kembar, namun obat-obatan yang membantu ovulasi dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar. Jika benar mengalami kehamilan kembar, maka bayi berisiko lahir prematur dan berat badan rendah.

Risiko lainnya timbul bercak darah saat meletakkan kateter di dalam rahim dapat menyebabkan vagina mengalami perdarahan ringan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berpengaruh pada peluang Anda untuk hamil. Penting juga diingat bahwa risiko infeksi juga mungkin terjadi dalam prosedur ini.

Prosedur IUI dapat dilakukan dengan melihat masa kesuburan dalam siklus haid, serta menggunakan obat untuk meningkatkan kesuburan. Jadi, meski memiliki alergi sperma, penderitanya tetap bisa hamil. Prosedur ini bisa dilakukan dengan sekali percobaan ataupun berulang kali. Perlu dicatat bahwa keberhasilan prosedur ini tergantung pada keadaan individunya. Pilih dokter yang memang ahli dalam melakukan prosedur IUI ini.

Baca juga: Risiko Hamil dan Melahirkan di Usia Matang

#2. Bayi tabung
Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) adalah prosedur yang dilakukan dalam mengatasi masalah kesuburan atau masalah lain yang menyebabkan sulit hamil. Sel telur yang matang akan diambil dari ovarium, kemudian dibuahi oleh sperma di laboratorium. Selanjutnya, sel telur yang telah dibuahi akan dikembalikan pada rahim.

Pada prosedur ini, embrio yang ditanamkan bisa lebih dari satu sehingga yang menjalaninya bisa hamil anak kembar. Layaknya IUI, prosedur bayi tabung juga mungkin dapat menimbulkan berbagai risiko, seperti, keguguran, stres, perdarahan, infeksi, kerusakan kandung kemih, lahir prematur dengan berat badan rendah, cacat lahir, kehamilan kembar, kehamilan ektopik, sindrom hiperstimulasi ovarium, komplikasi dalam pengambilan sel telur, sampai kanker ovarium.

Satu kali percobaan prosedur ini menghabiskan waktu sekitar dua minggu. Meski biayanya terbilang mahal, namun ini merupakan prosedur yang paling efektif agar penderita alergi sperma dapat hamil. Akan tetapi, keberhasilan memiliki bayi yang normal tergantung pada beberapa faktor, seperti usia.

SEHATQ

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."