Jangan Hadapi Anak yang Agresif dengan Kekerasan, Cek Alasannya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi ibu memukul bokong anak.

Ilustrasi ibu memukul bokong anak.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Para peneliti meyakinkan orang tua bahwa perilaku agresif pada balita adalah normal. Tapi, banyak orang tua yang tidak bisa menetapkan batas dan merespon dengan cara yang tepat.

Orang tua sering kali langsung melabeli anak yang suka memukul dan menyerang anak lain sebagai nakal, pengganggu, dan label negatif lain. Jika tidak, orang tua mudah tersulut emosi lantas menghukum tindakan anak dengan tindakan kekerasan lain, seperti berteriak, memukul, dan hukuman fisik lain.

Dave Anderson, psikolog yang juga direktur senior di Child Mind Institute, organisasi nirlaba yang berfokus pada kesehatan mental anak dan orang tua, di New York City, Amerika Serikat, menekankan bahwa ketika anak merasakan emosi yang tinggi sehingga menunjukkan perilaku agresif, hal yang paling mereka butuhkan adalah rasa empati.

Baca juga:
Anak Kelewat Agresif, Segera Cari Bantuan Ahli
Ajarkan Anak 3 Kata Ajaib Berikut, Suasana Jadi Damai

“Agar seorang anak menjadi lebih baik, ia membutuhkan empati yang sama banyaknya dengan anak yang mungkin mengalami depresi. Tetapi masalah perilaku agresif biasanya tidak akan menarik empati orang lain,” kata Anderson.

Ketika anak menunjukkan perilaku agresif, orang tua tidak boleh serta merta tersulut emosi dan memperlakukan anak dengan kasar. Mereka mungkin mempunyai alasan untuk melakukan hal itu.

Tugas orang tua untuk mencari tahu penyebabnya. Redakan emosi anak, lalu tanyakan apa yang membuat mereka menyerang anak lain, misalnya.

Setelah anak dalam kondisi emosi yang stabil, berikan pengertian bahwa tindakan menyerang orang lain itu tidak benar dan tidak boleh diulang di kemudian hari.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."