Pentingnya Komunikasi Orang Tua pada Bayi yang Baru Bisa Mengoceh

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi membaca buku untuk bayi. Bisnis.com

Ilustrasi membaca buku untuk bayi. Bisnis.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bayi-bayi di dunia mempunyai kesamaan, yakni suka mengoceh dengan bahasa mereka sendiri di bulan-bulan awal kehidupan. Apapun bahasa yang digunakan orang tua, respon bayi biasanya berupa tertawa atau berceloteh “ba”, “ga”, “da”, diselingi semburan-semburan basah.

Tapi jangan salah, di balik ocehan bayi yang terdengar tidak bermakna bagi orang dewasa, tersembunyi manfaat besar di baliknya. Sejumlah penelitian yang berkembang beberapa dekade terakhir mengungkapkan bahwa meski ocehan bayi terdengar tidak membentuk kata, namun sebenarnya itu merupakan dasar dalam pengembangan bahasa yang dikuasainya di kemudian hari.

Di tengah beragam suara ocehan yang bersifat acak yang keluar dari mulut bayi, celotehan bayi akan muncul sebagai kategori khas yang mulai jelas ketika bayi memasuki usia enam hingga delapan bulan.

Artikel terkait:
Memahami Tahap Ocehan Bayi
Bayi Rewel Bikin Ibu Stres, Berikut Penelitiannya

“Ocehan bayi di usia ini mulai bisa didefinisikan sebagai produksi suku kata yang berulang dan seperti ucapan,” kata Catherine Laing, peneliti linguistik yang berfokus pada pengembangan bahasa awal pada bayi di Universitas Cardiff, Wales.

“Ocehan bayi adalah tahapan awal belajar suara yang kelak dapat digunakan untuk berpidato,” lanjut Laing.

Karena mengoceh merupakan batu loncatan bayi dalam mempelajari bahasa, orang tua perlu mendukung dan menstimulasi bayi dengan terus berkomunikasi dengan bayi. Ajak bayi berbicara dan biarkan mereka merespons dengan celotehan bayi.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."