6 Cara Mengetahui Anak yang Depresi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak depresi/murung. Shutterstock.com

Ilustrasi anak depresi/murung. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Remaja masih membangun identitas diri, maunya segala hal dilakukan sendiri, mencoba berbagai peran yang berbeda, mengambil lebih banyak risiko sosial, dan mulai mencoba-coba narkoba dan minum alkohol. Emosi mereka masih belum stabil.

Karena itulah cukup sulit untuk membedakan antara remaja yang masih serba coba-coba dengan yang depresi.

“Sulit bagi orang tua untuk mengidentifikasi remaja yang sedang depresi karena pada usia ini emosi anak-anak lebih gampang naik turun dan mereka cenderung untuk lebih mengasingkan diri,” jelas Dr. Gene Beresin, direktur eksekutif sebuah pusat kesehatan mental remaja pada sebuah rumah sakit di Boston, Amerika Serika, kepada Live Science.

Baca juga:
Manfaat Kopi Hitam, Cegah Depresi dan Menurunkan Berat Badan

Depresi sering dialami remaja, terutama yang berumur 15-19 tahun. Pada awal masa remaja, perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi hampir sama. Tapi setelah masa pubertas, potensi remaja putri mengalami depresi dua kali lipat dari lawan jenisnya.

Kasih sayang dan perhatian orang tua sangat dibutuhkan para remaja bermasalah tersebut. Berikut kiat-kiat untuk mengetahui apakah anak remaja kita sedang depresi.

#Bicaralah dengan anak
Rutinlah berdiskusi dengan anak-anak mengenai apa yang mereka lakukan dan bagaimana perasaan mereka. Lakukan hal itu misalnya saat sedang berdua di mobil atau makan malam. Biarkan anak-anak bicara dan dengarkanlah.

#Amati perubahan pada anak
Coba amati apakah ada perubahan sikap pada anak, misalnya mereka lebih menutup diri, murung, lebih pendiam, dan tabiat yang mendadak berubah.

sxc.hu

#Buka jalan
Bukalah jalan agar anak mau menceritakan masalahnya, misalnya dengan berkata, “Ibu perhatikan kamu kurang tidur” atau “Ibu lihat kamu di kamar terus, tak pernah pergi dengan teman-teman”. Ucapan itu bisa menjadi jalan buat anak untuk mengutarakan isi hatinya.

#Cari informasi dari luar
Cari informasi dari orang lain mengenai anak remaja kita, misalnya guru, teman-teman, pelatih olahraga, atau orang tua teman. Menurut Beresin, anak-anak mungkin sungkan mengungkapkan masalah mereka pada orang tua jadi orang tualah yang harus mencari tahu dari orang lain.

#Minta bantuan ahli
Jika anak-anak sudah mengaku tengah depersi, bersimpatilah pada perasaan sedih dan kacau mereka. Bila anak-anak tak mau bersikap terbuka, artinya mereka enggan mengungkapkan masalahnya. Cobalah minta bantuan ahli, misalnya psikolog atau psikiater.

#Jangan ragu menanyakan niat bunuh diri
Mungkin anak pernah mengungkapkan niatnya untuk bunuh diri tapi kita tak menanggapinya dengan serius. Padahal seharusnya orang tua cepat tanggap bila mendengar anak mengoceh ingin mengakhiri hidupnya dan tanyakan alasannya.

Artikel lain:
Peneliti Ungkap Kaitan antara Obesitas dan Depresi

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."