Ciri-ciri Perpisahan Sehat di antara Pasangan yang Mempunyai Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak-anak. betterparenting.com

Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak-anak. betterparenting.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta – Tsania Marwa berkesempatan menemui anak-anaknya, Syarif Muhammad Fajri dan Aisyah Shabira di kediaman Atalarik Syah pada Sabtu, 16 Maret 2019. Pertemuan ini terjadi setelah sekitar dua tahun tidak bertemu. Tsania Marwa kala itu membawa hadiah untuk kedua buah hatinya.

Baca juga: Sisi Keibuan Tsania Marwa Tersentuh, Terima Kasih Mbak Toko Kue

Saat Tsania tengah bermain dengan anak-anaknya, dia mengaku diusir oleh Atalarik Syah dengan kata-kata yang tak pantas. Sempat pula terjadi tarik-menarik tas di antara Atalarik dan Tsania. Pasangan yang sudah berpisah sejak 2017 silam memang kerap berselisih terkait anak-anaknya.

Menurut Ayoe Sutomo, psikolog anak dan keluarga, ada dua jenis perpisahan di antara suami dan istri, yaitu perpisahan sehat dan tidak sehat. “Perpisahan sehat ketika kedua orang yang berpisah tersebut bisa menjadi individu yang lebih baik lagi dan tidak menganggu kesinambungan tumbuh kembang anak, bila ada anak,” ucap Ayoe Sutomo saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu 20 Maret 2019.

Menurut Ayoe, perpisahan yang sehat itu membutuhkan konsistensi kedewasaaan berpikir dua orang yang sudah berpisah tersebut. “Apakah perpisahan itu cara untuk kebaikan berdua atau cuma feeding the ego dari masing-masing pihak. Itulah sebabnya sebelum perpisahan terjadi sebaiknya menjalani banyak sesi konseling atau konsultasi satu sama lain. Tujuannya untuk memantapkan menata masa depan masing-masing dan bersepakat soal buah hati. Hubungan di antara pasangan yang berakhir, bukan berarti selesai menjadi orang tua,” tukas Ayoe.

Lebih lanjut dia menjelaskan, jika sampai terjadi pertengkaran di depan anak hingga konflik yang ditunjukkan tentu berpengaruh pada kondisi anak secara psikologis atau mental. Atau bisa juga berpengaruh ke fisiknya, kalau kondisi mental atau psikologis-nya drop. "Kalau hal-hal itu terjadi menandakan perpisahan yang tidak sehat. Sebab perpisahan sehat itu tidak membuat diri sendiri, mantan pasangan atau anak-anak jadi korban,” uajr Ayoe.

Bila terjadi pertengkaran ataupun konflik di antara pasangan yang sudah berpisah, Ayoe menyarankan untuk jujur dan berdiskusi satu sama lain di area netral. “Kedewasaan kedua orang yang berpisah itu berperan penting untuk menyelesaikan konflik-konflik yang muncul. Mereka harus reviewing lagi tujuan dari perpisahan. Kalau memang itu dianggap solusi yang terbaik dan sudah disepakati, pasti bisa dilakukan hal yang sama untuk mengasuh anak-anak secara bersama-sama," pungkas Ayoe. Ia juga mengingatkan peran ayah dan ibu sama pentingnya dalam perkembangan anak. Tidak bisa digantikan, bila kedua orang tuanya masih hidup dan sehat.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."