Benarkah Anak Laki-laki Lebih Hiperaktif? Ini Kata Pakar

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Anak Anda mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau lebih dikenal hiperaktif? Anak dengan ADHD biasanya menunjukkan tiga gejala perilaku umum, yakni hiperaktif, impulsif, dan masalah perhatian.

Ketika diminta mendeskripsikan anak yang mengidap ADHD, kebanyakan orang menyebut anak laki-laki yang tidak bisa diam, suka memanjat benda, tidak sabar, dan tidak mau mematuhi perintah orang dewasa. Menurut Meadow Schroeder, asisten profesor pendidikan di Universitas Calgary, Alberta, Kanada, pengidap ADHD pada anak laki-laki jumlahnya mencapai tiga kali lipat dibanding anak perempuan.

Artikel lain:
Anak Sulit Konsentrasi dan Hiperaktif, Coba Terapi Musik

Namun ketika pemeriksaan ADHD dilakukan ketika dewasa, jumlah pengidap ADHD pada laki-laki dan perempuan bisa dikatakan hampir sama. Ini menunjukkan, ADHD pada anak perempuan sering kali tidak terdeteksi. Mengapa ini terjadi?

Pertama, anak laki-laki dengan ADHD seringkali menunjukkan perilaku hiperaktif, misalnya kesulitan duduk diam di kelas. Mereka akan duduk dengan posisi yang tidak lazim, misalnya dengan menggoyang-goyangkan kursi atau menendang-nendangkan kaki sehingga membuat kegaduhan.

Sebaliknya, anak perempuan dengan ADHD belum tentu melakukan hal serupa. Meski sama-sama tidak betah duduk berlama-lama di kursi, anak perempuan bisa menyalurkan keinginan untuk bergerak dengan cara yang lebih samar, misalnya bergerak ke depan kelas untuk menghapus papan tulis, pergi ke toilet, atau membuang sampah.

Artikel terkait:
Anak Hiperaktif Berpotensi Bipolar

“Tidak hanya gejala ADHD terlihat berbeda pada anak laki-laki, tetapi anak laki-laki juga memiliki kecenderungan untuk menjadi lebih hiperaktif dan impulsif daripada anak perempuan. Karena perilaku hiperaktif dan impulsif lebih mengganggu di kelas, guru lebih cenderung melihat anak laki-laki sebagai sumber masalah dan menganggap mereka mengidap gangguan perhatian,” urai Schroeder.

Terakhir, gejala ADHD pada anak perempuan terkadang tersamar karena berupaya untuk memenuhi ekspektasi orang dewasa. “Tanpa disadari, orang dewasa kerap menaruh harapan yang berbeda terhadap anak perempuan daripada anak laki-laki. Orang dewasa mengharapkan anak perempuan untuk rapi dan terorganisir, mencapai nilai yang baik dan bersikap santai. Akibatnya, anak perempuan lebih cenderung mematuhi norma-norma sosial dan tidak menimbulkan masalah. Mereka akan bekerja ekstrakeras untuk meraih nilai yang bagus dengan begadang untuk menyelesaikan pekerjaan rumah atau merapikan kamar ketika diminta,” tandas Schroeder.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."