Anak Suka Bermain Trampolin, Waspadai Bahayanya sampai Kematian

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi anak bermain trampolin. livestrong.com

Ilustrasi anak bermain trampolin. livestrong.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Taman bermain trampolin kini menjadi tempat populer untuk anak-anak. Meski terlihat aman, berhati-hatilah karena permainan trampolin bisa menyebabkan cedera serius. 

Menurut data dari tim tanggap darurat 911, I-Team, di Chicago, Amerika Serikat, ada sekitar 315 panggilan telepon ke 911 dengan kondisi darurat akibat kecelakaan di arena bermain trampolin setiap tahun. Jumlah ini tidak termasuk orang tua yang segera melarikan anaknya ke rumah sakit tanpa memanggil bantuan 911 ketika terjadi kecelakaan.

Artikel lain:
Bakar Kalori dan Bermain dengan 6 Gerakan di Atas Trampolin

Don McPherson, pakar keamanan sekaligus instruktur senam veteran asal Naperville, Chicago, Amerika Serikat, menyebutkan, cedera yang diakibatkan permainan trampolin rata-rata menyebabkan gangguan serius dan mengubah total hidup seseorang. Ia telah menyaksikan cedera mulai dari tulang retak, cedera trauma otak yang diikuti dengan pendarahan otak, patah tulang hidung, tulang pipi, rahang, leher patah, hingga kematian yang disebabkan kecelakaan di arena bermain trampolin.

Praktisi kesehatan yang sering menangani kasus darurat akibat kecelakaan di arena bermain trampoline, Dr. Charles Nozicka, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Anak Advocate, menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pasien di Unit Gawat Darurat yang berkaitan dengan kecelakaan di arena bermain trampolin.

"Mereka menyebutnya patah trampolin," kata Nozicka. 

Baca juga:
Trampolin, Olahraga Melenting yang Menyehatkan

Nozicka juga menyebutkan anak-anak lebih rawan mengalami cedera akibat bermain trampolin karena struktur tulang yang belum sempurna.

"Anak-anak memiliki lempeng pertumbuhan terbuka di tulang kaki dan tangan sehingga bisa bertumbuh lebih besar. Ini adalah area yang lebih lunak dan lebih mudah patah dan itu bisa berakibat pada pertumbuhan mereka di kemudian hari," urai Nozicka.

"Enam puluh hingga 70 persen dari mereka mengalami cedera ortopedi paling banyak di bagian bawah. Semakin tua usia anak maka cenderung memiliki lebih banyak cedera di tubuh bagian atas, seperti cedera kepala dan leher, karena mereka mulai mencoba trik melompat terbalik," jelas Nozicka. 

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."