Cermati Waktu Terbaik untuk Asuransi Pendidikan Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi keluarga bahagia

Ilustrasi keluarga bahagia

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Biaya pendidikan yang terus meningkat setiap tahun menjadi catatan penting bagi orang tua saat merencanakan keuangan keluarga. Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), biaya pendidikan diasumsikan naik sekitar 10-15 persen setiap tahun. sementara pendidikan berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup.

Tentu, hal itu menjadi tantangan bagi para orang tua. Salah satu cara untuk memastikan pendidikan anak terjamin hingga ke perguruan tinggi adalah asuransi pendidikan. Sebanyak 94 persen orang tua berharap anak-anak mereka dapat meraih gelar sarjana, menurut data AIA Middle Class Survey.

Artikel lain:
Peneliti Sebut Tak Ada Kaitan Pendidikan Tinggi dan Demensia

Melihat kondisi tersebut, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bekerja sama dengan PT AIA Financial meluncurkan asuransi pendidikan EduPlan pada 14 Februari 2019. Produk asuransi tersebut tidak hanya untuk pendidikan, tetapi juga proteksi pendidikan buah hati.

Bila terjadi risiko pada pemegang polis atau orang tua, EduPlan tetap menjamin dana pendidikan. Jumlah premi yang dibayarkan pun tidak berubah selama 5, 10, atau 15 tahun.

Para ibu dan ayah disarankan untuk mendaftarkan asuransi pendidikan untuk anak sejak awal kelahiran agar memperoleh keringanan premi yang dibayar.

“Setelah usia bayi 15 hari, sebaiknya orang tua sudah mendaftarkan asuransi pendidikan untuk perguruan tinggi anak-anak. Premi yang dibayarkan lebih kecil ketika ibu memulai lebih awal karena lebih pede dan ada spare waktu selama lebih dari 15 tahun. Bila baru mulai di usia anak 10 atau 15 tahun, waktu lebih pendek dan premi yang dibayarkan semakin mahal,” ungkap Christine Setyabudhi, Senior Executive Vice President Wealth Management BCA.

Ilustrasi anak bersekolah. shutterstock.com

Tentu yang menjadi pertanyaan para orang tua berikutnya adalah bagaimana pembagian ideal porsi asuransi dalam daftar pengeluaran mengingat kebutuhan dalam rumah tangga tak hanya soal membayar premi asuransi.

“Terlebih dulu lakukan financial check. Misalnya, pemasukan suatu keluarga Rp 200 juta dalam setahun. Jangan pula 50 persen dari penghasilan itu untuk membayar premi asuransi karena bisa menganggu arus pengeluaran yang lain. Sekitar 15-20 persen yang diposkan untuk asuransi. Kita harus ingat bahwa asuransi itu menjadi bagian risk management too. Asuransi bisa membantu kita bila terjadi risiko yang tidak diinginkan,” jelas Lim Chet Ming, Chief Marketing Officer PT AIA Financial.

Lebih lanjut, Ming menjelaskan sebaiknya para orang tua berinvestasi dengan pola diversifikasi. “Misalnya orang tua memiliki uang Rp 2 miliar, bagi ke dalam pos-pos yang berbeda. Don’t put your eggs in one basket. Beli asuransi senilai Rp 500 juta, kemudian Rp 500 juta untuk membeli rumah, bisnis, dan pembelian aset lainnya,” tutur Ming.

Baca juga:
Sibuk Bermusik, Gita Gutawa Tetap Mengutamakan Pendidikan

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."