3 Hambatan Wanita Melanjutkan Pendidikan ke Tingkat Sarjana

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi wanita di kantor. Pexels.com

Ilustrasi wanita di kantor. Pexels.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pemberdayaan wanita memiliki banyak manfaat untuk membangun negara dan juga untuk seluruh masyarakat. Namun, sayangnya saat ini wanita Indonesia masih banyak yang tidak mengejar pendidikan tinggi.

Baca juga: Meghan Markle Berikan Pesan Penyemangat untuk Pekerja Seks Wanita

Bahkan, data dari Statistik Perguruan Tinggi menunjukkan hanya 1 dari 6 wanita yang memutuskan untuk lanjut ke tingkat sarjana. Selain itu, data Survei Angkatan Kerja Nasional pada Agustus 2018 menunjukkan kalau tingkat partisipasi angkatan kerja wanita baru mencapai 51,99 persen.

Lantas, apa yang menjadi alasan banyak wanita Indonesia yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana? Praktisi Ketenagakerjaan, Mutia Pratiwi, menjelaskan beberapa hal yang menjadi halangan untuk wanita melanjutkan pendidikan ke tingkat sarjana. “Pertama tidak bisa dipungkiri kondisi ekonomi cukup memberikan peran,” jelas Mutia Pratiwi, di Blue Jasmine, Jakarta Selatan, Kamis 14 Februari 2019.

Banyak wanita Indonesia yang tidak bisa lanjut kuliah karena biaya kuliah yang terlalu mahal. Tentu saja isu ekonomi tidak hanya memiliki dampak pada wanita, tetapi juga pria. Namun, terbukti kalau semakin banyak wanita yang bekerja, semakin meningkat status ekonomi keluarga.

Alasan selanjutnya adalah banyak budaya atau mitos yang menjadi hambatan wanita melanjutkan pendidikannya. Banyak yang mengatakan kalau wanita tidak perlu kuliah karena nanti akan menjadi ibu rumah tangga. Padahal, ibu rumah tangga juga bisa mendapatkan banyak manfaat dari pendidikan tingkat tinggi.

Artikel lain: Najwa Shihab: Tantangan Terbesar Wanita Bekerja dari Diri Sendiri

Terakhir, tidak memiliki inspirasi. Wanita yang tidak pernah melihat wanita lain melanjutkan sekolahnya sampai tingkat sarjana, tentunya akan merasa ragu dan takut untuk melanjutkan sekolah ke tingkat sarjana. “Banyak stereotip kalau perempuan itu tugasnya hanya gini-gini, padahal belum tentu. Hal tersebut membuat banyak perempuan tidak memiliki mimpi yang besar,” lanjut Mutia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."