Memahami Polycystic Ovary Syndrome yang Dialami Tya Ariestya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Tya Ariestya. Instagram.com

Tya Ariestya. Instagram.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaTya Ariestya mengidap polycystic ovary syndrome atau PCOS, yakni sindrom ketidakseimbangan hormon pada perempuan. Sindrom ini memicu lonjakan kadar hormon androgen pada tubuh Tya dan membuatnya susah hamil.

Untuk menyiasati PCOS, Tya menjalani program bayi tabung. Spesialis kebidanan dan kandungan, dr M.S. Nadir Chan, SpOG(K), mengatakan siklus menstruasi yang tak teratur, termasuk perdarahan di luar haid, susah hamil, dan dominasi hormon androgen hanyalah segelintir dampak PCOS. Ada enam dampak lain yang patut diwaspadai. 

Artikel lainnya:
Tya Ariestya Kelebihan Hormon Laki-laki, Sulit Punya Anak

Cara Tya Ariestya Menangani Anaknya Terkena Virus Roseola

“Dampak itu adalah gangguan metabolisme. Pasien PCOS biasanya gemuk. Berikutnya, timbul diabetes tipe dua, hipertensi, stroke, jantung koroner, dan, yang paling bahaya, kanker rahim. PCOS tidak diketahui secara spesifik penyebabnya. Sejauh ini, paramedis menduga sindrom ini dipengaruhi faktor genetik,” ucap Nadir saat ditemui di Jakarta pekan lalu. 

Meski penyebabnya belum diketahui, PCOS dapat ditangkal dengan mengontrol berat badan atau diet. Caranya, mengurangi konsumsi karbohidrat hingga mencapai bobot ideal. Nadir menuturkan, dengan menurunkan berat badan 5 persen saja, kondisi hormon dalam tubuh membaik. Selain itu, Anda disarankan mengkonsumsi obat diabetes untuk membesarkan ukuran sel telur. 

Baca juga:
Hamil dengan PCOS, Mesty Ariotedjo Batasi Aktivitas Fisik
Kanker Menurunkan Risiko Wanita untuk Hamil 

“Biasanya, dokter memberikan obat jenis metformin 500 miligram untuk dikonsumsi setiap malam sampai pasien bisa hamil. Jangan khawatir, Bu, PCOS bisa disembuhkan. Anda masih bisa hamil secara alami,” ujar Nadir. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."