Kurangi Risiko Penyakit Jantung dengan Makan 1 Butir Telur Sehari

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi telur awan. Popsugar.com

Ilustrasi telur awan. Popsugar.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Orang kerap menghindari makan telur karena bagian kuning telur memiliki kadar kolesterol tinggi. Namun anggapan itu terbantahkan melalui sebuah penelitian di Cina yang dipublikasi British Journal Heart.

Baca juga:
Sarapan Instagramable, Coba Resep One Bite American Breakfast
Ibu Hamil Makan Telur Angsa, Jaga Daya Ingat dan Kesehatan Janin

Studi terbaru dari Cina itu menunjukkan orang yang makan sebutir telur setiap hari memiliki risiko 11 persen lebih rendah terkena penyakit jantung, dan 18 persen lebih rendah berisiko kematian akibat penyakit jantung dibanding orang yang tidak makan telur.

Kesimpulan itu diperoleh setelah para peneliti menganalisis kondisi kesehatan lebih dari 500 ribu penduduk Cina yang berusia 30-79 tahun di berbagai kota di Cina selama 2004-2008.

"Selain mengurangi risiko terkena penyakit jantung, manfaat makan telur lainnya adalah terhindari dari stroke," kata peneliti seperti dikutip dari laman Infosurhoy. Mereka yang menyantap satu butir telur setiap hari memiliki risiko 26 persen lebih rendah terkena stroke.

Ilustrasi telur ceplok. Pexels.com

Artikel lainnya:
Rahasia Tubuh Langsing Khloe Kardashian Setelah Melahirkan
Kram Menstruasi seperti Awkarin, Berikut 5 Cara Mengatasinya

Kolesterol tinggi pada telur, menurut hasil penelitian ini, masuk kategori kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL). HDL dapat memerangi aterosklerosis atau penumpukan lemak di dinding pembuluh darah, dan karena itu menurunkan risiko penyakit jantung.

Telur merupakan sumber protein yang baik dan dapat membuat perut terasa kenyang lebih lama. Namun tentunya jangan makan telur berlebihan karena justru akan berbahaya. Cukup sebutir satu hari.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."