Ada Bercak Darah Saat Hubungan Intim, Waspada 4 Hal Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi bercinta. shutterstock.com

Ilustrasi bercinta. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hubungan intim semestinya menjadi bentuk relaksasi paling sederhana buat pasangan suami istri. Namun saat atau setelah berhubungan seksual, bisa jadi kalanya ada 'kejutan' yang bikin khawatir, salah satunya ketika keluar bercak darah.

Baca juga:
5 Jenis Suara yang Bikin Bercinta Kian Panas
Alasan Sebaiknya Bercinta dalam Kondisi Terang

Pentingnya Mengenali Selera Bercinta Pasangan Anda

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Pondok Indah - Puri Indah, Grace Valentine mengatakan ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan keluarnya darah saat atau setelah berhubungan intim. Berikut ini empat kemungkinannya:

1. Kanker serviks
Kanker serviks adalah penyakit yang menyerag daerah leher rahim. Serviks adalah bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina. Penyebabnya adalah virus Human Papilloma dan semua perempuan berisiko terkena kanker serviks. "Anggapan kalau kanker serviks itu hanya menyerang orang yang berhubungan intim dengan berganti-ganti pasangan, itu keliru," kata Grace Valentine.

Untuk mencegah kanker serviks, ada cara yang bisa dilakukan oleh mereka yang belum pernah berhubungan seksual dan yang sudah aktif berhubungan intim. Bagi yang belum pernah berhubungan seksual, mereka disarankan melakukan imunisasi vaksin HPV. Buat anak perempuan berusia 9 sampai 13 tahun sebanyak 2 kali suntik, dan di atas usia 13 tahun sebanyak 3 kali suntik.

Bagi perempuan yang aktif berhubungan intim disarankan melakukan tes IVA atau pap smear. IVA merupakan tes sederhana yang dilakukan dengan cara mengoleskan sedikit asam cuka ke bagian vagina. Kemudian tunggu reaksi setelah 1-2 menit. Jika asam cuka itu berubah menjadi buih berwarna putih, maka patut dicurigai terkena kanker serviks dan perlu penanganan lebih lanjut.

Adapun tes pap smear dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari dalam vagina untuk dianalisis di laboratorium. Dari hasil tes itu akan terlihat apakah ada virus Human Papilloma atau tidak. Ada dua jenis tes pap smear, yakni konvensional dan thinprep. Tingkat akurasi pap smear konvensional sekitar 70 persen dan pemeriksaan mesti diulang dalam tempo 2 tahun. Adapun pap smear thin prep memiliki tingkat akurasi 80 persen dan waktu berlakunya sampai 5 tahun.

2. Polip
Darah yang keluar saat atau setelah berhubungan intim juga bisa berasal dari polip yang muncul di vagina. "Seperti polip hidung yang kecil, lunak, dan bisa tergesek ketika berhubungan intim, sehingga berdarah," ucap Grace Valentine.

3. Infeksi
Infeksi bisa terjadi di mana saja, termasuk di mulut rahim. Menurut Grace Valentine, infeksi pada vagina ini warnanya merah dan hampir sama seperti sariawan.

4. Darah yang belum luruh
Jika darah yang keluar saat atau setelah berhubungan intim berdekatan dengan waktu menjelang atau sebelum menstruasi, maka bisa diduga itu adalah darah yang meluruh dari dinding rahim. "Ketika berhubungan intim maka rahim akan kontraksi, dan saat itulah darah keluar," kata Grace Valentine.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."