Kenali Gejala Dehidrasi pada Bayi Baru Lahir

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock

Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Bayi baru lahir akan tidur dalam waktu yang lama. Saking lelapnya, bayi tidak mendapat air susu ibu atau ASI sampai lebih dari 6 jam. Ibu kerap khawatir dengan durasi tidur bayi baru lahir yang terlalu lama. Sebab itu, ibu kerap membangunkan bayinya ketika tidur untuk menyusu.

Baca juga:
5 Makna Senyum Bayi Usia 0 Sampai 12 Bulan 
Alasan Bayi Tak Boleh Diberi Makan sambil Jalan-jalan

Konselor ASI sekaligus pendiri Komunitas Pejuang ASI Indonesia, dokter Ameetha Drupadi mengatakan bayi yang baru lahir masih menyimpan cadangan lemak yang cukup untuk memenuhi nutrisinya selama lima hari. Meski punya cadangan energi, menurut Ameetha, bayi juga bisa terkena dehidrasi.

"Tanda yang paling mudah untuk mengetahui bayi dehidrasi atau tidak adalah dari frekuensi pipisnya," kata Ameetha di acara #Orami5Tahun di Jakarta. Bayi yang berumur satu hari maka minimal harus buang air kecil satu kali dalam sehari. Bayi umur dua hari mesti pipis dua kali dalam sehari, begitu seterusnya sampai hari keenam.

Bayi yang baru lahir menggunakan kostum anjing untuk menyambut Tahun Baru Anjing di Rumah Sakit Paolo Chokchai 4 di Bangkok, Thailand, 28 Desember 2017. REUTERS/Athit Perawongmetha

Jika durasi buang air kecil bayi berkurang, maka kemungkinan si kecil mengalami dehidrasi. Sebab itu, Ameetha menyarankan ibu untuk terus menyusui bayi meski ASI yang keluar masih sedikit. "Mencegah bayi dehidrasi adalah dengan ASI," ucapnya.

Kendati masa Inisiasi Menyusu Dini atau IMD sudah lewat, ibu sebaiknya tetap memeluk dan memberikan sentuhan langsung atau kontak kulit ibu dengan kulit bayi sembari menusui. "Jangan terlalu memikirkan ASI-nya keluar atau tidak. Karena ketika bayi mengisap, maka ASI akan keluar secara alami," katanya.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."