Waspadai Risiko Kesehatan yang Sering Terjadi saat Banjir

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Warga beraktifitas didalam rumahnya yang digenangin banjir di daerah Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta 5 Februari 2018. Tempo/Fakhri Hermansyah

Warga beraktifitas didalam rumahnya yang digenangin banjir di daerah Kebon Pala, Jatinegara, Jakarta 5 Februari 2018. Tempo/Fakhri Hermansyah

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Curah hujan yang tinggi mulai melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Salah satu dampaknya adalah banjir yang mulai menggenangi beberapa wilayah permukiman di Jabodetabek. 

Banjir dapat berdampak pada kesehatan, pada masyarakat yang terdampak dan bahkan yang tinggal di daerah rawan banjir. Untuk itu, sangat penting untuk menjaga kesehatan agar tidak terserang penyakit berbahaya. Mengutip laman ABC Health & Wellbeing, berikut adalah beberapa risiko kesehatan yang paling sering terjadi saat banjir.  

Baca juga: Banjir Jakarta: Penyakit Leptospirosis Mengintai, Simak Solusinya

1. Infeksi bakteri
Air kotor dan lumpur dari banjir yang menggenangi sekitar lingkungan rumah, jalanan, maupun taman bemain dapat berisiko menyebabkan penyakit diare dan infeksi kulit dari bakteri. Dokter Bernie Hudson, ahli penyakit menular dari Rumah Sakit Royal North Shore Sydney, Australia, menjelaskan bahwa setiap luka dan goresan yang didapat di daerah yang terkena banjir, harus segera dibersihkan dan ditutup untuk menghindari infeksi. Bila luka tersebut menjadi merah atau Anda merasa demam, segera cari pertolongan medis.

Selain itu, air dari banjir dan tanah yang terkontaminasi juga dapat menjadi sumber leptospirosis, yang disebabkan oleh patogen yang ditemukan pada air seni tikus. Gejala penyakit tersebut adalah demam, sakit kepala, pendarahan, nyeri otot, menggigil, mata merah dan muntah-muntah. Bakteri ini biasanya masuk ke tubuh melalui jeda kecil di kulit, dan harus diobati dengan antibiotik secepat mungkin. Setelah membersihkan banjir, pastikan untuk benar-benar membersihkan bagian tubuh yang telah terkena air banjir atau lumpur.

2. Virus atau penyakit dari nyamuk
Air genangan banjir dan hujan menjadi tempat berkembang biak yang sangat baik untuk nyamuk, sehingga meningkatkan risiko penyakit yang ditularkan nyamuk. Salah satu contohnya adalah demam berdarah, yang disebabkan oleh virus yang ditularkan dari nyamuk Aedes aegypti. Gejalanya adalah demam tinggi yang timbul secara mendadak, sakit kepala, dan nyeri di belakang mata, otot, dan sendi. Selain itu, genangan air juga dapat menyebabkan penyakit malaria. Gejalanya antara lain, demam, menggigil, dan kelelahan. Jika tidak diobati secepatnya, malaria dapat berakibat fatal.

Cara terbaik untuk menghindari penyebaran virus yang ditularkan nyamuk ini adalah dengan menghentikan berkembang biak nyamuk. Kosongkan atau buang wadah yang bisa menampung air, seperti nampan, botol, kaleng, pot bunga, yang ada di rumah atau sekitarnya. Untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk, pakai pakaian yang longgar dan ringan, gunakan obat nyamuk, dan tutup ventilasi rumah atau gunakan penutup anti nyamuk di jendela. Selain itu dapat juga menggunakan semprotan nyamuk, untuk membunuh nyamuk di rumah.

3. Penyakit karena jamur
Jamur juga akan menjadi masalah bagi banyak orang setelah hujan, dan bahkan mereka yang belum terkena dampak banjir. Jamur pada bangunan yang lembab bisa memicu hidung tersumbat, bersin, batuk, dan infeksi pernafasan. Hal ini juga dapat memperburuk kondisi asma dan alergi.

Orang yang paling berisiko terserang penyakit ini adalah orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, asma berat dan penyakit paru-paru. Untuk mencegahnya, area yang terdapat jamur dapat dibersihkan dengan menggunakan kain lembab dan larutan deterjen, dicampur dengan larutan cuka atau larutan alkohol. Selain itu, penting untuk menghilangkan sumber kelembaban yang memungkinkan jamur tumbuh. Setelah banjir, bersihkan semua permukaan yang terkena banjir di dalam rumah, termasuk lantai, dinding, dapur, kamar mandi dan tempat cuci baju.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."