Hages Budiman Ubah Stigma Negatif ODHA dengan Kuldesak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Hages Budiman terinfeksi HIV sejak tahun 2006 yang mendirikan LSM Kuldesak. TEMPO | Nia Pratiwi

Hages Budiman terinfeksi HIV sejak tahun 2006 yang mendirikan LSM Kuldesak. TEMPO | Nia Pratiwi

IKLAN

TEMPO.CO, Jakarta - Hages Budiman berusaha bangkit setelah didiagnosis tertular virus HIV dari suaminya pada 2006. Saat itu, dia baru saja melahirkan anak pertamanya. Awalnya, tidak hanya Hages yang dinyatakan positif HIV, anak pertamanya pun dinyatakan positif HIV. Setelah berumur 18 bulan anak pertamanya melakukan pemeriksaan kembali dan hasilnya negatif.

Baca:
Stop Diskriminasi terhadap Penderita HIV/AIDS!
Semangat Radiaz Hages Trianda Melawan HIV/AIDS
Donor ASI, Pastikan Tak Ada Transfer Virus HIV dan Hepatitis

Sedangkan suaminya, menurut Hages, mengalami depresi setelah dinyatakan positif HIV dan meninggal dunia. Disitulah dia merasa memiliki semangat hidup untuk melihat anaknya tumbuh dan berkembang. “Saat itu adalah titik balik saya untuk fight, berjuang demi masa depan anak,” ujarnya dalam peluncuran kampanye #UbahHidupLo, di Jakarta.

Tapi semangat hidup saja tidak cukup membuat Hages bertahan dari virus HIV. Sejak 2006 sampai 2010, dia tidak mengkonsumsi Antiretroviral atau ARV. Pada 2010 kondisi Hages Budiman menurun dan mengalami diare akut. Tubuhnya mulai mudah lelah dan sakit - sakitan. "Waktu itu sel kekebalan saya tubuh masih tinggi, sesuai ketentuan WHO CD4 di bawah 200 belum boleh dikasih ARV,” ujar perempuan 35 tahun ini.

Hages Budiman. Instagram

Setelah kondisi tubuhnya membaik, Hages mulai kembali menjalankan aktivitasnya, salah satunya membentuk LSM Kuldesak. Sejak 2011, Hages dan Samsu Budiman, yang kini menjadi suaminya, serta enam orang lainnya aktif memberikan pendampingan dan edukasi kepada Orang Dengan HIV/AIDS atau ODHA di wilayah Depok.

Masih banyak orang yang belum teredukasi dengan baik tentang HIV/AIDS. Stigma yang berkembang di masyarakat, menderita HIV/ADIS itu seperti sesuatu yang kotor dan memalukan sehingga mereka sangat tertutup dan tidak mau berobat. “Saya ingin menjadi role model, hidup dengan HIV bukan akhir dari segalanya. ODHA juga punya hak yang sama dalam pekerjaan, pendidikan, lingkungan, dan pelayanan kesehatan,” ujar Hages.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."