Profil Hanifah Muyasarah: Ulama Perempuan dan Aktivis Koalisi Perempuan Indonesia

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Hanifah Muyasarah. Foto: Instagram/@hanifahmuyasarah2.

Hanifah Muyasarah. Foto: Instagram/@hanifahmuyasarah2.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Edisi Cantika kali ini menulis profil tokoh ulama perempuan yang memiliki pengaruh dan kepedulian terhadap masalah-masalah perempuan. Hanifah Muyasarah adalah pengasuh Pondok Pesantren Puteri Al-Ihya Ulumaddin, Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dia juga menjadi aktivis Koalisi Perempuan Indonesia (KPI).

Perempuan yang akrab disapa Bu Muyas ini lahir di Cilacap pada 19 Oktober 1969. Hanifah adalah dosen tetap di Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali (UNUGHA), Cilacap, Jawa Tengah, dan menjadi Kepala Prodi Komunikasi dan Penyiaran.

Di KPI, Hanifah menjabat sebagai Presidium Nasional Kelompok Kepentingan Perempuan Buruh Migran periode (2020-2025). Sebelum itu, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Cabang KPI Kabupaten Cilacap (2002-2007), dan Sekretaris Wilayah KPI Wilayah Jawa Tengah (2012-2017).

Hanifah: Belajar Bisa di Mana Saja

Selain beraktivitas di pesantren, kampus, dan organisasi, Hanifah juga aktif mengisi pengajian dan menyampaikan hasil dan gagasan Kongres Ulama Perempuan Indonesia atau KUPI. Seperti di tempat kajian rutin bernama Balai Perempuan Annisa. Kegiatan ini dihadiri oleh masyarakat Kabupaten Cilacap. Harapannya agar perempuan memiliki pengetahuan mendalam, pemikiran yang kritis, dan wawasan yang luas sehingga mampu memberdayakan dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan bangsanya.

Bagi Hanifah, belajar tidak harus di perguruan tinggi atau bangku sekolah. Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Seperti yang Hanifah lakukan di Balai Perempuan Annisa. Setiap hari Selasa, dia belajar sekaligus mengajar, berdiskusi dengan perempuan yang tidak sempat mengenyam bangku sekolah.

Hanifah berpendapat bahwa bekerja dan berorganisasi membawa pengaruh positif bagi perempuan. Dengan bekerja, selain perempuan akan mandiri secara ekonomi, secara psikis ia akan lebih merasa percaya diri. Sementara aktivitas perempuan di dalam organisai dapat menjadi batu lompatan yang signifikan bagi pengembangan dirinya. Karena perempuan belum tentu akan berhasil mencapai yang diharapkan dengan belajar sendirian. Tetapi ketika berorganisasi, perempuan dapat belajar bersama dan mendiskusikan seluruh persoalan perempuan secara bersama-sama sehingga menjadi lebih cepat memahami dan lebih cepat melakukan gerakan-gerakan bersama.

Kepedulian Terhadap Anak Korban Kekerasan

Selain mengurus para santri perempuan di pondok, Hanifah juga melakukan pendampingan terhadap anak yang mendapat kekerasan seksual. Saat mengikuti KUPI pada November 2022, Hanifah menyuarakan pengalamannya kepada para peserta pra-musyawarah dalam topik perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat pemerkosaan. Dia pernah mendampingi anak berusia 16 tahun yang ditemukan di pinggir rel pagi hari setelah diperkosa oleh enam laki-laki.

Beberapa lama kemudian, baru diketahui anak tersebut hamil. Namun, sayangnya dia juga hendak dipaksa menikah dengan pelaku. Keluarga, tetangga, hingga dokter justru menyalahkan sang anak.

"Dari pengalaman itu, kami selalu melakukan tes kehamilan pada korban pemerkosaan lain. Karena sangat berat, ya, apa yang dirasakan korban, apalagi sampai hamil," tuturnya dikutip dari Majalah Tempo, Minggu, 4 Desember 2022.

Harapan untuk Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI)

Terkait tantangan KUPI ke depan, Hanifah menyampaikan bahwa, pertama, ulama perempuan sebagaimana ulama laki-laki harus mampu memberikan fatwa-fatwa yang dapat menjawab persoalan umat, seperti perlindungan pekerja migran, pencegahan radikalisme agama, dan perkawinan anak berlandaskan keilmuan yang benar. Kedua, KUPI diharapkan mampu melakukan terobosan-terobosan sistematis untuk meneguhkan keulamaan perempuan yang sejajar dengan ulama laki-laki.

Ketiga, KUPI diharapkan mampu melibatkan ulama-ulama laki-laki di dalam isu-isu perempuan dan anak, seperti pencegahan perkawinan anak, kekerasan terhadap perempuan dan anak, dan pendidikan anak-anak pekerja migran. Keempat, KUPI diharapkan dapat memanfaatkan new media yang mudah diakses untuk melakukan edukasi terhadap masyarakat.

Karya-karya dan Prestasi Hanifah Muyasarah 

Hanifah Muyasarah pernah mengikuti Short Course Preventing and Responding GBV di Adelaide Australia selama 10 minggu. Adapun karyanya adalah dalam bentuk tulisan, antara lain berjudul Kepemimpinan Perempuan Perspektif Islam, Komunikasi Islam: Konsep Dasar Dan Pinsip-Prinsipnya, serta Hujjah, Jurnal Komunikasi Islam dan Penyiaran.

Pilihan Editor: Profil Bivitri Susanti, Ahli Hukum Tata Negara dan Penyaji Data dalam Film Dirty Vote

KUPIPEDIA | MAJALAH TEMPO

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."