Kisah Diana Cristiana Da Costa Ati, Guru Penggerak Daerah Terpencil di Papua Selatan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Diana Cristiana Da Costa Ati, guru penggerak daerah terpencil di Papua Selatan. Foto: Istimewa.

Diana Cristiana Da Costa Ati, guru penggerak daerah terpencil di Papua Selatan. Foto: Istimewa.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Diana Cristiana Da Costa Ati, gadis Timor Leste yang memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia ini adalah guru penggerak daerah terpencil di Kabupaten Mappi, Papua Selatan sejak tahun 2018. Dia terpilih sebagai penerima apresiasi program 14th SATU Indonesia Awardas 2023.

SATU Indonesia Awards adalah agenda tahunan Astra bersama beberapa media massa termasuk Tempo. Penghargaan ini diberikan kepada individu atau kelompok yang memiliki inovasi di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, teknologi, dan kewirausahaan. Diana menerima penghargaan atau awards di bidang pendidikan.

Awal Mula Gerakan dan Inovasi Guru Diana 

Program Guru Penggerak di Mappi, Papua Selatan, merupakan inisiatif Bupati Mappi periode 2017-2022, Kristosimus Yohanes Agawemu, yang bekerja sama dengan Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (UGM).

Waktu itu, Bupati Kristosimus mengontrak sekitar 500-an guru untuk program ini selama dua tahun. Kontrak bisa diperpanjang jika para guru tersebut menginginkannya dan Dinas Pendidikan Kabupaten Mappi menyetujuinya. Awalnya, Diana bertugas di Kampung Kaibusene, Distrik Haju. Ketika wabah Covid-19 melanda kegiatan belajar mengajar sempat terhenti.

Setelah kontrak dua tahunnya berakhir pada 2020, setahun kemudian Diana memutuskan untuk kembali ke Mappi. Kali ini, Bupati Kristosimus menempatkannya di Kampung Atti, Distrik Minyamur. Kampung Atti memiliki satu sekolah dasar negeri, yakni SDN Atti di mana guru maupun kepala sekolah yang menetap di daerah lain tak pernah datang. Para siswa hingga yang kelas 6 pun belum bisa membaca.

Di tempat ini, Diana fokus memberantas buta huruf. Dia juga mengajari anak-anak itu dasar-dasar berhitung sambil sesekali menyisipkan pendidikan nasionalisme. Dia dan dua kolega sesama guru penggerak di kampung itu, Fransiska Erlyansi Bere dan Oktofianus Halla, mesti berhati-hati lantaran di daerah tersebut banyak simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Seorang siswa kelas 6 pernah hendak menombak Diana saat sedang mengajar karena tidak terima dimarahi Diana karena buang air kecil sembarangan di dalam kelas.

Kampung Atti didiami oleh sekitar 200-an kepala keluarga. Tapi kebanyakan anak-anak tidak pergi ke sekolah. Mereka ikut keluarganya ke hutan untuk mencari makan.

Tantangan yang Dihadapi Diana

Kegiatan belajar di sekolah dasar Kampung Atti, Kabupaten Mappi, Papua Selatan bersama guru penggerak daerah terpencil Diana Cristiana Da Costa Ati. Foto: Istimewa/Yusuf Yudo.

Selain itu, tantangan yang ditemui Diana dalam upaya memberantas buta huruf di Kampung Atti adalah sarana dan prasarana mengajar yang tidak memadai. SDN Atti memiliki tiga ruang kelas yang serba terbatas. Para siswa duduk di lantai karena meja dan kursi terbatas.

Tak cuma itu, sejak masa jabatan Kristosimus sebagai Bupati Mappi berakhir pada Maret 2022 lalu, para siswa tak lagi mendapat pasokan buku, alat tulis, dan sarana-prasarana belajar-mengajar lainnya.

"Siswa dan orang tuanya tak mampu menyediakan alat tulis sendiri. Kebanyakan penduduk Atti tak punya penghasilan dan hanya memegang uang saat Bantuan Langsung Tunai dan Dana Desa cair," tutur Diana kepada tim SATU Indonesia Awards 2023.

Agar kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan, Diana berinisiatif meminta donasi lewat media sosialnya. Dia tidak mau menerima uang. Donatur diminta untuk menyumbang barang seperti buku, alat tulis, dan pakaian layak pakai untuk anak-anak. Tak jarang Diana menggunakan sebagian dari gajinya. Soalnya, dana BOS pun pernah sampai ke siswa.

Program ini memang sangat bergantung pada kontrak Pemerintah Kabupaten Mappi. Saat ini, kontrak guru penggerak harus diperbarui setahun sekali. Di masa Bupati Kristosimus kontraknya per dua tahun sekali. Semenjak Kristosimus habis masa tugasnya, guru penggerak dan siswa di Kabupaten Mappi tak lagi menjadi perhatian utama pemerintah.

Menurut Diana, salah satu fondasi yang dibangun berupa program calistung alias baca tulis hitung, di mana nantinya seiring waktu akan berubah menjadi pembelajaran normal dengan kurikulum yang sama seperti anak-anak di kota besar. Hal tersebut akan membuat siswa tidak hanya fokus pada calistung, tetapi juga pembelajaran yang lebih luas.

Saat Diana kali pertama mengajar di SDN Atti, jumlah peserta didiknya 65 orang. Pada 2022 sebanyak 24 anak berhasil melanjutkan studinya ke jenjang SMP. Mereka sekarang duduk di kelas VIII SMP. Pada Juli 2022, jumlah siswa di SDN Atti bertambah 20 orang. Pada Juni 2023, terdapat 14 anak yang melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Sedangkan per September 2023, siswa kelas 6 berjumlah 12 anak.

Badan Musyawarah Kampung Atti, Willem Pasim, mengatakan bersyukur atas kehadiran Diana dan kedua rekannya. Menurut Willem, anak-anak di kampung, bahkan yang paling kecil pun sekarang sudah bisa membaca. Sebagai ucapan terima kasih, warga Kampung Atti kerap mengirimi mereka bahan makanan seperti singkong, daun ubi, ulat sagu, daging ular, maupun buaya. Anak-anak setiap pagi menimbakan air dari sumur yang terdekat dengan mess guru.

Dukungan Astra untuk Digital Learning

Guru penggerak daerah terpencil Diana Cristiana Da Costa Ati mendapat penghargaan pada malam Awarding SATU Indonesia Awards 2023 di Menara Astra, Jakarta, 1 November 2023. Foto: Istimewa

Diana mengaku betah tinggal di pedalaman Papua. “Hidup tak semata-mata soal uang dan karier yang mentereng di kota besar, namun juga pengabdian bagi sesama,” katanya. Bahkan saat berlibur ke kampung halaman di Atambua, Nusa Tenggara Timur, dia ingin cepat-cepat kembali karena merindukan siswa-siswanya. Diana sudah jatuh hati dan tak sampai hati meninggalkan Kampung Atti.

Diana juga bersyukur karena inovasinya ini mendapat dukungan dari Astra sebagai penyelenggara SATU Indonesia Awards.

"Astra selalu memberi kami ruang untuk berkolaborasi dengan kegiatan yang kami lakukan setiap harinya di pedalaman. Pada kegiatan belajar mengajar, Astra men-support (dukung) tablet belajar agar anak-anak pedalaman mengenal digital learning (pembelajaran digital)," ujar Diana saat dihubungi CANTIKA, Kamis, 28 Maret 2024.

Menurut Diana, Astra berkomitmen kuat menembus batas pedalaman yang selama ini jarang tersentuh oleh orang-orang di kota-kota besar.

"Dan, Astra juga selalu memonitor kegiatan apa yang mau kami lakukan dan kira-kira kegiatan apa yang bisa didukung oleh Astra," kata Diana.

Untuk saat ini, kata dia, programnya berjalan baik dan lancar. Anak-anak juga lebih tertarik ke sekolah karena mendapat pengetahuan baru. "Pada intinya, kami mau berterima kasih kepada Astra yang sudah memilih program Guru Penggerak Daerah Terpencil sebagai pemenang dalam Satu Indonesia Awards bidang pendidikan tahun 2023. Dan, Astra mampu membuka mata orang-orang di Jakarta bahwa anak-anak pedalaman itu bisa maju, mereka hanya belum mendapat kesempatan belajar yang baik," ucap Diana.

Pilihan Editor: SATU Indonesia Awards 2024 Ingin Jangkau Lebih Banyak Generasi Muda, Pendaftaran Dibuka Hari Ini

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."