Apa Itu Sharenting? Tantangan Mengasuh Anak di Era Digital

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rezki Alvionitasari

google-image
Seorang wanita memotret anak-anak saat mengunjungi pameran bunga musim panas tahunan di Kiev, Ukraina, pada 23 Juni 2020. (Xinhua/Sergey Starostenko)

Seorang wanita memotret anak-anak saat mengunjungi pameran bunga musim panas tahunan di Kiev, Ukraina, pada 23 Juni 2020. (Xinhua/Sergey Starostenko)

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaMengasuh anak di era digital saat ini hadir dengan tantangan unik yang tidak dihadapi generasi sebelumnya, salah satunya istilah sharenting. Bagi kaum milenial, tumbuh dewasa berarti pencapaian-pencapaian penting yang diabadikan dan dibagikan melalui album foto, buku harian, dan kisah-kisah yang diceritakan orang tuanya.

Namun, generasi muda kini mengalami hal sebaliknya. Pencapaian-pencapaian itu dapat diakses dan dipublikasikan oleh orang tua mereka dan menjadi jejak digital. Praktik ini dikenal sebagai sharenting, kini menjadi sisi dalam mengasuh anak di era media sosial. Para pakar parenting masih ragu dan memperingatkan tentang potensi masalah yang mungkin ditimbulkan oleh sharenting. Berikut pembahasan sharenting yang perlu kita ketahui bersama.

Apa itu Sharenting?

Sebuah survei yang diterbitkan jurnal Healthcare pada 2023, mendefinisikan sharenting sebagai praktik berbagi foto, video, cerita pribadi, dan kabar terbaru lainnya tentang anak seseorang secara daring atau online. Istilah sharenting merupakan gabungan dari berbagi dan mengasuh anak. Lebih khusus lagi, hal ini berlaku bagi orang tua membagikan kehidupan sehari-hari dengan anak-anaknya dan aktivitas khas mereka, termasuk makan, tidur, mandi, dan bermain.

Dalam banyak kasus, anak-anak belum cukup umur untuk menyetujui gambar atau cerita mereka diceritakan dan dibagikan kepada orang banyak. Mereka juga belum cukup umur untuk memahami potensi masalah di masa depan yang mungkin timbul dari gambar atau cerita pribadi.

Media sosial dapat menjadi alat bagi orang tua untuk terhubung dengan teman dan keluarga. Ini juga merupakan saluran yang berguna bagi orang tua yang mencari rasa kebersamaan untuk mendapat dukungan atau nasihat dalam membesarkan anak. Namun kerugian dari sharenting bisa lebih besar dari manfaatnya.

Dampak Sharenting pada Orang Tua dan Anak

Sharenting pada dasarnya menghadirkan dilema tentang etika, yaitu persetujuan. “Anak-anak kecil belum bisa menyetujui konten apa yang dibagikan secara online tentang mereka,” kata Monika Roots, psikiater anak dan salah satu pendiri Bend Health, penyedia layanan kesehatan mental pediatrik untuk anak-anak.

Roots mengatakan beberapa orang tua memposting momen seperti latihan pispot dan tantrum. "Meskipun momen itu termasuk momen mengasuh anak yang ingin Anda ceritakan kepada orang lain, hal ini bisa terasa seperti pelanggaran privasi anak,” ucap dia kepada Popsugar.

Orang tua yang berbagi konten online tentang anak-anak mereka pasti tidak ingin agar kontennya menjadi berbahaya. "Namun ada beberapa konsekuensi dari berbagi konten yang tanpa disadari orang tua," kata Jolie Silva, psikolog klinis dan CEO di New York Behavioral.

Menurut Silva, orang tua generasi saat ini telah menguasai kognisi yang dikenal sebagai 'perbandingan sosial', yakni membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Misalnya, ketika seorang ibu melihat foto-foto yang dibagikan ibu lain yang menunjukkan anaknya yang dua tahun sedang duduk di pispot. Si ibu lantas menceritakan perjuangannya agar anaknya yang berusia tiga tahun melepas popoknya. Menurut Silva, siklus perbandingan ini dapat menimbulkan efek merugikan yang parah, termasuk depresi dan kecemasan.

Dokter Roots mengatakan sharenting dan membanding-bandingkan bisa membuat masalah kecemasan dan harga diri pada anak. Anak bisa khawatir tentang foto atau video mereka yang diunggah online. "Hal ini dapat meningkat seiring berjalannya waktu, seorang anak mungkin merasa kehilangan kendali atas privasinya dan bahkan menyebabkan mereka tidak merasa aman.”

Selain dapat membahayakan kesehatan mental anak, keselamatan fisik mereka juga bisa terancam. "Jika Anda memutuskan untuk mengunggah konten anak Anda secara online agar dapat dilihat oleh masyarakat umum, penting untuk tidak menyertakan detail pribadi. seperti di mana mereka bersekolah dan di jalan atau lingkungan tempat Anda tinggal," tutur Roots.

Bagaimana Berbicara dengan Anak Tentang Sharenting?

Bagi orang tua yang memutuskan untuk sering berbagi momen keluarga secara online, Roots menganjurkan agar ada percakapan terbuka dengan anak bahwa sebenarnya yang dibagikan secara online adalah awal yang baik.

Roots menyarankan agar orang tua berbicara pada anak, misalnya, "Saya sudah membagikan beberapa foto kamu secara online untuk dilihat oleh teman dan keluarga kita, dan saya ingin tahu bagaimana perasaanmu. Mari kita lihat foto-foto itu sama-sama. Kalau kamu tidak mau ini dibagikan, saya akan hapus."

Roots menambahkan, hal ini juga menjadi kesempatan untuk mengajarkan anak tentang literasi teknologi dan keamanan internet. "Seiring bertambahnya usia dan penjelajahan dunia media sosial, bicarakan dengan mereka tentang pentingnya menjadi diri sendiri dan tidak membandingkan diri dengan orang lain secara online atau harus sempurna."

Pilihan Editor: Mengasuh Anak di Era Digital, Tantangan dan Cara Mengatasinya

POPSUGAR

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."