CANTIKA.COM, Jakarta - Di balik gemerlap panggung dan fan meeting, fandom K-Pop Indonesia menyimpan potensi besar sebagai digitas civitas. Kelompok ini pun tak lagi hanya menyuarakan cinta kepada idolanya, melainkan menyalurkan energi kolektif mereka ke ranah isu-isu politik dan sosial, termasuk tuntutan akan pembubaran DPR dan protes atas aksi brutal polisi pada unjuk rasa yang terjadi sejak 28 Agustus 2025 lalu.
Gerakan “DPR dibubarkan” bukan sekadar kemarahan; ini adalah simbol kecapatan publik terhadap keterputusan antara politik dan rakyat. Fans memanfaatkan strategi fandom, hashtag dan meme humoris, serta tren kata-kata yang sarkastik sebagai “senjata” digital.
Tak hanya itu, beberapa fanbase K-Pop dan K-Drama juga menyuarakan keresahan mereka akan kejadian yang terjadi beberapa hari terakhir. Adanya penundaan trending artis favorit, bahkan sampai meminta tolong kepada media internasional untuk melaporkan hal-hal yang terjadi lewat trending media sosial.
Tidak hanya di dunia maya, fandom juga menunjukkan solidaritas nyata. Pada demo 29 Agustus 2025, fansite Suar Mentari (fansite dari Carmen Hearts2Hearts) secara pribadi menyalurkan bantuan melalui YLBHI kepada kawan-kawan yang berjuang di lapangan. Dalam cuitan yang sama, Suar Mentari juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya seorang driver ojek online yang terlindas kendaraan taktis polisi pada 28 Agustus 2025.
Di sisi lain, Hijau Bersama Indonesia yang diprakarsai oleh NCTzen Indonesia juga membuka donasi untuk memberikan berbagai bantuan di lapangan ketika aksi seperti penyediaan medis, air, makanan, dan bahkan penyediaan ambulans.
Sikap ini menegaskan bahwa fandom bukan hanya soal hiburan, tetapi juga tentang empati dan kepedulian sosial.
Gerakan fandom ini tak terisolasi. Fan activism telah sukses mendunia, seperti kampanye Kpop4Planet yang mengemban misi lingkungan: menekan Hyundai menghentikan kerja sama pabrik aluminium berbasis batubara, hingga mendorong perusahaan musik mengurangi sampah fisik album.
UGM juga mencatat bagaimana akun-akun seperti @aniesbubble menggunakan budaya visual dan bahasa fandom (seperti ‘oppa’, ‘lightstick’) untuk menarik perhatian generasi muda dalam kampanye politik, sebuah pendekatan yang diindeks efektif sebesar 4,16/5.
Lebih luas, aktivisme fans K-Pop mendunia pernah menyalurkan donasi sebesar US$1 juta untuk Black Lives Matter, yang berhasil digandakan oleh fandom itu sendiri.
Melalui aktivisme fandom, keahlian mereka menguasai media sosial memunculkan banyak trending yang menyuarakan pendapat dan meme satir yang menyebar bak viral, menjadi kritik tajam namun penuh sentuhan sarkasme. Mereka memahami betul bagaimana meraih perhatian publik dalam hitungan menit, menjadikan media sosial sebagai catwalk protes yang estetis.
Tak hanya berhenti di dunia maya, banyak fandom juga bergerak nyata. Saat demo berlangsung, sejumlah komunitas ini turun tangan: menggalang dana, mendistribusikan bantuan, bahkan menyambangi langsung ke lokasi aksi. Solidaritas kolektif ini bukan slogan belaka, melainkan wujud praktis dari komitmen sosial.
Uniknya, kritik sosial mereka datang bukan lewat nada yang menyerang, melainkan visual indah, humor cerdas, dan pesan ringan namun menohok. Protes jadi lebih mengena karena dibungkus dengan bahasa yang familiar dan mudah diingat.
Fandom K-Pop Indonesia telah menempuh perubahan signifikan, dari sekadar penggemar menjadi penggerak digital yang kritis. Mereka membuktikan bahwa suara generasi muda bukan sekadar sorak-sorai; melainkan dorongan perubahan. Penggunaan trending untuk meningkatkan kesadaran, sorotan terhadap kekerasan polisi, hingga bantuan nyata seperti yang dilakukan fansite dan fanbase menunjukkan bahwa fandom bisa menjadi suara kolektif yang membela kemanusiaan.
Pilihan Editor: Ramai Artis Ungkap Amarah dan Kekecewaan, Doakan Indonesia Lekas Sembuh
RESEARCH GATE | X | INSTAGRAM | JURNAL UGM
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.