6 Cara Menghadapi Orang Playing Victim

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi teman wanita. Unsplash/Trung Thanh

Ilustrasi teman wanita. Unsplash/Trung Thanh

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Berinteraksi dengan orang yang sering merasa paling tersakiti atau playing victim sering kali menyerupai memecahkan teka-teki yang rumit. Kadang terasa menantang juga bisa membuat kewalahan, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Adapun ciri-ciri orang playing victim antara lain selalu ingin dikasihani orang lain, sering memutarbalikkan fakta, dan pesimis.

Untuk menjaga kesejahteraan mental Anda sendiri dan hubungan baik saat berinteraksi, berikut cara menghadapi orang playing victim.

1. Tetapkan Batasan 

Batasan adalah 'tembok pelindung' yang menjaga ruang mental Anda. Meskipun memperluas empati merupakan hal yang terpuji, menetapkan batasan juga sama pentingnya. Dengan hati-hati namun tegas, komunikasikan batasan Anda. Ekspresikan empati sambil dengan tegas menyatakan perlunya ruang pribadi.

Tekankan kembali pentingnya saling menghormati dalam dinamika hubungan. Menetapkan batasan-batasan ini tidak hanya menjaga kesehatan mental Anda, tetapi juga mendorong hubungan yang lebih sehat.

2. Fokus ke Solusi

Mengalihkan fokus dari keadaan tidak berdaya ke pendekatan pemecahan masalah adalah hal yang sangat penting. Tawarkan dukungan tidak hanya dalam memahami perasaan mereka, tetapi juga dalam memfasilitasi solusi.

Menyalurkan empati ke dalam bimbingan yang konstruktif, mendorong mereka menuju pemberdayaan daripada mengembangkan ketergantungan. Mendorong kemandirian dengan memperkenalkan sumber daya dan jalur untuk pertumbuhan pribadi.

Ciptakan narasi yang menekankan kekuatan dan kemampuan mereka untuk mengatasi tantangan.

3. Dorong Intropeksi yang Sehat

Mendorong akuntabilitas tanpa saling menyalahkan adalah inti dari hal ini. Penting untuk mengarahkan diskusi secara hati-hati agar dapat mengenali peran mereka dalam situasi tertentu tanpa menimbulkan rasa bersalah.

Berfokuslah untuk mendorong refleksi mengenai pengaruh mereka dalam situasi tersebut, menumbuhkan kesadaran diri daripada dialog yang menuduh. Pendekatan ini mendorong mereka untuk melakukan introspeksi, menumbuhkan sikap yang lebih proaktif.

4. Validasi Perasaan Mereka

Mengakui emosi mereka sangat penting untuk menjalin hubungan. Namun, penting juga untuk menjauhkan pembicaraan agar tidak menjadi narasi korban yang tidak ada habisnya. Validasi perasaan mereka sambil secara halus mendorong diskusi untuk mengidentifikasi hikmah dan solusi potensial. Pertahankan keseimbangan antara mengakui emosi mereka dan mengarahkan fokus ke jalur konstruktif.

5. Dorong Mereka Melihat dari Berbagai Sisi Sudut Pandang

Menjadi pendengar yang penuh perhatian akan membantu memahami perspektif mereka. Namun yang lebih penting lagi adalah memperkenalkan sudut pandang alternatif. Doronglah untuk mengeksplorasi situasi dari berbagai sudut pandang dibandingkan hanya terpaku pada satu narasi korban saja.

Tawarkan wawasan yang memancing pemikiran dan memfasilitasi perspektif yang lebih luas, dengan lembut membimbing mereka menuju pemahaman beragam sudut pandang.

6. Memberi Contoh

Memberi contoh dan jadilah mercusuar harapan mereka adalah salah satu cara menghadapi orang playing victim. Tunjukkan ketahanan dalam menghadapi tantangan dan menavigasi kesulitan dengan percaya diri. Tindakan Anda berfungsi sebagai cahaya penuntun, yang menggambarkan bahwa mengatasi kesulitan tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi juga merupakan bagian penting dari pertumbuhan pribadi.

Pilihan Editor: 5 Mitos Soal Batasan dalam Hubungan

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."