Episode Enam Layangan Putus Tampilkan Playing Victim, Penonton Semakin Geram

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Putri Marino. Instagram/@putrimarino

Putri Marino. Instagram/@putrimarino

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Serial Layangan Putus memasuki episode keenam pada Sabtu, 25 Desember 2021. Pada episode yang menguras air mata episode kali ini diperlihatkan bahwa Kinan mulai menceritakan permasalahan keluarganya kepada ketiga sahabatnya. Sementara itu, Aris sendiri makin sering meninggalkan Kinan dan lebih memilih bermesraan dengan Lydia.

Tak hanya itu, dalam episode ini diperlihatkan bagaimana Kinan melakukan konfrontasi pada suaminya, tentu saja dengan memperlihatkan bukti-bukti ke depan mata Aris. Mulai dari arus rekening yang tertulis bahwa Aris membelikan Penthouse seharga 5 milyar dan manifes penerbangan jika Aris mengajak Lidya ke Cappadocia, impian Kinan. 

Sayangnya, mendapati bukti yang tak bisa dimungkiri itu, Aris justru mengelak berkali-kali bahkan cenderung playing victim, menuduh Kinan yang mudah cemburu. Apa yang dilakukan Aris cenderung mengarah ke playing victim, pelaku yang memosisikan diri sebagai korban.

Orang yang merasa terjebak dalam keadaan menjadi korban cenderung akan mudah menyalahkan korban sebenarnya. Tanda yang bisa diamati ialah menghindari tanggung jawab dan selalu memiliki alasan mengelak.

Simak lebih lengkapnya berikut ini:

1. Tidak Bertanggung Jawab

Saat berperan sebagai korban, seseorang akan menolak untuk bertanggung jawab atas keadaan yang dialaminya. Sebaliknya, mereka menunjuk jari untuk membuat orang lain merasa bersalah, atau mengabaikan peran mereka dalam memperumit masalah.

2. Seolah Tidak Berdaya

Para korban percaya bahwa mereka berada di bawah belas kasihan semua orang dan segala sesuatu di sekitar mereka. Biasanya, seorang korban tidak akan membuat kemajuan dalam hidup mereka karena mereka merasa bahwa mereka tidak berdaya.

3. Mereka Mendendam

Pelaku suka menyimpan keluhan lama dan membuat orang lain merasa tidak enak dengan tindakannya. Mereka membawa ini seperti senjata, kalau-kalau ada orang yang mencoba meminta pertanggungjawaban mereka atas sesuatu.

Untuk bergerak maju dan berhenti berperan sebagai korban, orang yang terlibat dalam perilaku ini perlu melihat bahwa menyimpan dendam hanya menahan mereka. Korban perlu menyadari bahwa membebaskan orang lain dari kesalahan sebenarnya mengembalikan semua kekuatan dan kendali diri kembali kepada korban.

4. Manipulatif

Ini bisa menjadi perilaku bayangan, artinya pelaku tidak secara lahiriah menunjukkan bahwa mereka merasa tidak berdaya. Sebaliknya, mereka akan berusaha menjadi manipulatif dan curang dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan agar posisinya aman. Anda mungkin pernah berurusan dengan seseorang yang mengalami ketidakberdayaan seperti ini.

Seperti yang diketahui, Layangan Putus berkisah tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Aris dengan seorang psikolog bernama Lydia. "Serial ini mengangkat kisah perjuangan sebuah pernikahan yang diwarnai dengan kehadiran orang ketiga," kata Country Head WeTV dan iflix Indonesia, Lesley Simpson.

Cerita yang diangkat dari sebuah curhatan yang viral di media sosial pada tahun 2019 ini dibintangi oleh Reza Rahadian (Aris), Putri Marino (Kinan), dan Anya Geraldine (Lydia).

Serial garapan sutradara Benny Setiawan tersebut berkisah tentang Kinan dan Aris, sepasang suami istri yang rumah tangganya berantakan karena perselingkuhan.

Kecurigaan Kinan terhadap sang suami bermula dari semakin sulitnya Aris dihubungi. Tak hanya itu, Aris juga selalu memiliki alasan untuk pergi menghabiskan waktu di luar rumah. Di sisi lain, sosok Lydia kemudian datang sebagai psikolog anak yang menangani Raya, putri Kinan dan Aris. Perlahan, Lydia pun menemukan fakta mengejutkan tentang masalah rumah tangga Kinan dan Aris.

Baca: 4 Fakta Layanan Putus yang Bikin Gemas Penonton, Dibintangi Reza Rahadian

LIFEHACK

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."