Orang Tua Diminta Waspada Anak Remaja Terjerumus Judi Online Saat Bermain Game

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi anak bermain game online (pixabay.com)

Ilustrasi anak bermain game online (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Praktisi kesehatan masyarakat, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Kristiana Siste Kurniasanti, mengimbau kepada para orang tua untuk mewaspadai kebiasaan anak bermain game video. Ia khawatir anak, khususnya anak remaja, melenceng dari bermain game menjadi berjudi secara online.

"Kami mendapatkan kasus peralihan dari game online menjadi judi online dengan taruhan dalam game berjenis MOBA (Multiplayer Online Battle Arena), jadi taruhan sampai harus (melakukan) pinjam online. Itu remaja, artinya hati-hati ada transisi gaming ke gambling," katanya di Jakarta, Kamis 12 Oktober 2023.

Kecenderungan anak melakukan judi, kata Kristiana, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya rasa ingin tahu anak remaja yang besar, teknologi yang berkembang dengan cepat, serta perkembangan emosi yang tidak berdampingan dengan perkembangan pengendalian diri.

Selain itu, sambungnya, kesalahan pola asuh orang tua yang bersifat otoriter juga meningkatkan risiko anak melakukan judi. Kemudian hal tersebut menyebabkan anak remaja pada umumnya memiliki sifat impulsif, yang dengan cepat mencari kenyamanan di internet untuk mengurangi perasaan tidak enak.

"Di game itu ada fitur gambling juga. Gacha system (mekanisme pembelian barang di game video yang bersifat untung-untungan) itu gambling loh," kata Kristiana yang juga Kepala Divisi Psikiatri Adiksi, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Berdasarkan penelitiannya pada 2019, kata dia, sekitar 30 persen anak remaja dengan usia 10-18 tahun di Jakarta mengalami adiksi internet, termasuk bermain video game, taruhan, sosial media, bahkan pornografi.

Dia menilai orang tua perlu memiliki pola asuh yang baik supaya anak remaja tidak terjerumus ke dalam dunia judi. Salah satunya adalah dengan tidak mudah memberikan sesuatu kepada anak supaya tidak menciptakan pola pemikiran yang ingin serba instan.

"Karena yang rusak reward system dalam otak anak remaja, ingin semuanya secara gampang. Jadi anak remaja harus dididik untuk memiliki coping skill yang bagus, sehingga resiliensinya bagus," ucapnya.

Kristiana menambahkan orang tua juga perlu memberikan pujian dan tidak mengkritik secara berlebihan. Salah satu hal yang menarik anak remaja untuk bermain video game, menurutnya, adalah penghargaan atas apa yang telah dicapai dalam permainan itu.

Pilihan editor: 4 Tipe Pola Asuh Orang Tua kepada Anak

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."