7 Tanda Manipulasi dalam Hubungan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/Drazen Zigic

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Freepik.com/Drazen Zigic

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Manipulasi dalam hubungan berarti ketika pasangan manipulatif mencoba untuk mengontrol atau memengaruhi orang lain, mengeksploitasi kondisi kesehatan mental mereka, untuk keuntungan mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan perasaan atau kesejahteraan orang lain. Mereka mungkin menawan dan karismatik pada awalnya, sehingga menyulitkan pasangan untuk mengenali manipulasi sejak dini.

Namun, seiring berjalannya waktu, niat mereka yang sebenarnya menjadi lebih jelas saat mereka mencoba membentuk perilaku pasangan agar sesuai dengan keinginannya. Ini seperti mencoba membuat seseorang melakukan apa yang Anda inginkan, meskipun itu tidak baik bagi mereka, dan mereka mungkin merasa sakit hati atau dimanfaatkan.

Misalnya, bayangkan jika teman Anda selalu membuat Anda merasa bersalah untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, atau pasangan Anda terus memberi tahu Anda hal-hal yang membuat Anda meragukan diri sendiri.

Manipulasi dapat merusak kesejahteraan seseorang. Dengan mengidentifikasi tanda-tandanya sejak dini, individu dapat melindungi diri mereka sendiri dari bahaya emosional dan mempertahankan rasa sejahtera.

1. Rasa Bersalah secara Emosional

Tersandung rasa bersalah emosional merupakan bentuk manipulasi emosional dalam hubungan, terjadi ketika seseorang mencoba menggunakan rasa bersalah untuk membuat orang lain merasa bertanggung jawab atas emosi atau masalahnya. Mereka menggunakan perasaan mereka sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau mengendalikan tindakan pasangannya.

Taktik manipulasi ini sering melibatkan manipulator yang membesar-besarkan emosinya atau berpura-pura lebih terluka daripada kondisi sebenarnya. Tujuannya adalah untuk membuat Anda merasa memegang kunci kebahagiaan atau kesejahteraan mereka, meskipun itu tidak benar.

Tujuan mendasar dari pelecehan emosional semacam ini adalah membuat Anda meragukan diri sendiri, merasa tidak enak, dan akhirnya menyerah pada permintaan mereka atau meminta maaf, bahkan jika Anda tidak melakukan kesalahan apa pun. Ini adalah cara licik bagi manipulator emosi untuk mendapatkan kekuasaan dan kendali atas hubungan.

2. Gaslighting

Gaslighting adalah taktik manipulatif yang sering digunakan sebagai salah satu tanda utama manipulasi dalam hubungan. Itu terjadi ketika satu orang mencoba membuat orang lain meragukan perasaan, persepsi, atau ingatan mereka sendiri. Sepertinya mereka memutarbalikkan kebenaran atau menyangkal hal-hal yang terjadi, membuat Anda mempertanyakan kewarasan Anda sendiri.

Misalnya, katakanlah Anda berselisih dengan pasangan, dan mereka kemudian memberi tahu Anda, "Itu tidak pernah terjadi; Anda hanya membayangkan sesuatu."

Mereka mungkin melakukan ini berulang kali, terlibat dalam gaslighting, bersamaan dengan pemerasan emosional dan distorsi mental, membuat Anda tidak yakin tentang apa yang nyata dan apa yang tidak. Jadi, dengan cara ini, gaslighting menjadi alat yang ampuh bagi para manipulator karena bisa membuat korbannya merasa bingung, cemas, dan terisolasi.

Itu juga dapat menimbulkan perasaan bersalah pada korban, karena mereka mulai meragukan diri mereka sendiri dan persepsi mereka tentang suatu peristiwa. Manipulator ingin mendapatkan kendali dengan membuat Anda hanya mengandalkan versi realitas mereka, mengabaikan pikiran dan emosi Anda sendiri.

3. Kritik Terus-Menerus

Kritik terus-menerus adalah perilaku hubungan manipulatif di mana satu orang terus-menerus menemukan kesalahan atau menunjukkan kekurangan pada orang lain. Sepertinya mereka selalu mencari sesuatu untuk dikritik, tidak peduli seberapa kecil atau tidak penting itu.

Kritik terus-menerus ini bisa menyakitkan dan merusak harga diri Anda. Pasangan manipulatif menggunakan taktik ini untuk membuat Anda merasa tidak mampu dan terlalu bergantung pada persetujuannya. Mereka ingin mengendalikan Anda dengan membuat Anda meragukan diri sendiri dan mencari validasi mereka.

Mengidentifikasi kritik terus-menerus sangat penting dalam suatu hubungan karena dapat menyebabkan dinamika yang beracun dan tidak seimbang. Dalam hubungan yang sehat, pasangan harus mendukung dan mengangkat satu sama lain, daripada saling menghancurkan dengan sikap negatif yang terus-menerus.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."