Tips Kembangkan Kemampuan Bahasa Anak dengan Permainan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi anak bermain sendiri di dalam ruangan. Foto: Unsplash.com/Tanaphong Toochinda

Ilustrasi anak bermain sendiri di dalam ruangan. Foto: Unsplash.com/Tanaphong Toochinda

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog Klinis dan Keluarga dari Universitas Gadjah Mada Pritta Tyas mengatakan ada beberapa bagian perkembangan anak, salah satunya adalah bagian perkembangan kemampuan bahasa. Untuk mengembangkan area kemampuan bahasa pada anak, orang tua dapat memilih permainan yang mendorong anak untuk aktif berbicara. “Misalnya, bermain pura-pura menjadi dokter, masak-masakkan, main jual-beli, pokoknya sesuatu yang membuat mereka bercerita, mengarang sesuatu, dan belajar mengkomunikasikannya,” kata Pritta dalam acara “Peluncuran Kampanye ‘Berani Main di Lantai’ oleh So Klin Lantai” di Buumi Playscape, Jakarta, Selasa 19 Juli 2023.

Pritta menyebutkan bahwa bagian perkembangan anak yang tidak boleh terlewat adalah bagian sosial emosional anak yang dapat dibentuk salah satunya ketika orang tua menemani anak bermain dan menjalin keakraban terhadap mereka.

Orang tua dapat terlibat aktif dengan memilih permainan yang dapat merangsang sisi sosial dan emosional mereka. Misalnya, permainan dengan mobil-mobilan, rumah-rumahan, dan lainnya. "Orang tua dapat bermain bersama anak untuk meningkatkan kedekatan dengan mereka, sehingga anak memiliki kepercayaan dan menganggap orang tua memiliki pandangan yang sama dengan mereka," kata Pritta.

Selain itu, permainan pada anak juga perlu mengedepankan pertumbuhan motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus pada mereka. Untuk anak usia dini, durasi permainan dengan gerakan yang dibutuhkan minimal tiga jam per hari.

Supaya motorik pada anak tetap terstimulasi dengan baik, orang tua dapat mengajak anak melakukan permainan yang membutuhkan gerakan. "Misalnya, bermain puzzle agar motorik halus pada anak tetap terlatih, atau bermain sepeda di sekitar perumahan," kata Pritta.

Setelah memilih permainan yang sesuai dengan usia anak, langkah berikutnya yang harus orang tua perhatikan adalah menyimpan alat permainan. Menurut Pritta, anak usia dini memiliki keterbatasan dalam beberapa hal, seperti ukuran tinggi badan dan kekuatan fisik yang mereka miliki.

Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan orang tua agar anak dapat dengan mudah menyimpan alat permainan mereka setelah digunakan.

Pertama, letakkan alat permainan anak di rak terbuka, sehingga mengundang anak untuk aktif bermain dan hindari meletakkan alat permainan dalam kotak tertutup. Lalu, perhatikan tinggi rak mainan anak dan pastikan anak dapat dengan mudah mengambil dan mengembalikan mainannya, sehingga dapat melatih kemandirian anak. "Jadi anak tidak akan kesulitan saat mengambil alat permainan miliknya," kata Pritta.

Selain itu, kategorikan permainan anak seperti piisahkan penempatan puzzle, alat prakarya, permainan sensori dan permainan lainnya. Tujuannya agar memudahkan anak untuk memilih alat permainannya dan merangsang suasana hati anak untuk bermain.

Orang tua dapat memberikan area bermain yang cukup luas bagi anak, seperti area di lantai. Pada beberapa jenis permainan, anak akan lebih leluasa bila memainkan permainan di lantai dibandingkan bermain dengan menggunakan meja dan kursi.

Sementara itu, hindari terlalu banyak penggunaan warna dalam dekorasi ruangan. Sebaiknya, gunakan warna yang nyaman pada mata anak dan tidak menimbulkan overstimulasi, seperti warna natural kayu, putih, atau warna lembut lainnya.

Orang tua juga dapat merotasikan atau mengganti alat permainan secara berkala. "Hal tersebut dapat dilakukan jika anak terlihat bosan, merasa permainan tersebut terlalu mudah, atau sudah tidak tertarik memainkannya kembali," kata Pritta.

Pilihan Editor: 7 Aktivitas yang Perlu Dilakukan Orang Tua bersama Anak Setiap Hari

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."