Perbedaan Susu Segar, Susu UHT, dan Susu Steril

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi susu. Foto: Pixabay.com/pezibear

Ilustrasi susu. Foto: Pixabay.com/pezibear

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaSusu sapi merupakan sumber protein hewani dengan nutrisi lengkap yang dapat membantu menurunkan risiko berbagai penyakit. Bahkan peranan susu makin penting di masa pertumbuhan anak karena kandungan asam amino essensialnya berpengaruh pada peningkatan kecerdasan mereka. Untuk itu, di tengah variasi kategori dan jenis susu yang ada, masyarakat masih membutuhkan edukasi agar bisa memaksimalkan nutrisi susu.

Meski tampak serupa, susu cair memiliki perbedaan yang sangat signifikan satu sama lain. Berdasarkan teknik pengolahannya, susu cair dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Susu segar

Susu segar (fresh milk) pasteurisasi adalah susu yang hanya melewati pemanasan pada suhu rendah antara 70-125 serajat celcius dengan singkat. Durasi pemanasannya biasanya hanya 5 detik saja. Proses itu diharapkan tidak banyak mengubah sifat fisik dan susu lebih mudah diserap tubuh. Harus diingat, susu hanya dapat disimpan maksimal 40 hari di suhu dingin.

2. Susu ultra high temperature (UHT)

Susu UHT adalah jenis susu yang dipanaskan pada suhu cukup tinggi yaitu antara 131-145 derajat celcius dalam 10-40 detik. Harapannya proses itu untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme berlebih. Kandungan nutrisinya lebih rendah dibandingkan fresh milk pasteurisasi namun umur simpannya bisa lebih lama, yaitu selama 9-10 bulan.

3. Susu steril

Susu steril adalah susu yang disterilisasi dengan pemanasan suhu tinggi alias di suhu lebih dari 145 derajat celcius. Pemanasan itu pun dilakukan dalam durasi yang sangat lama, hingga \40 menit. Proses ini diharapkan tidak hanya membunuh mikroorganisme, tetapi juga menyebabkan reaksi kimiawi yang merusak sejumlah gizi alami susu serta perubahan rasa dan tekstur. Meski demikian, susu steril memiliki daya simpan paling lama, mencapai 12 bulan.  

Dokter Spesialis Gizi Klinik Christopher Andrian, RS Siloam TB Simatupang berpendapat fresh milk pasteurisasi merupakan pilihan susu cair yang terbaik karena proses pengolahannya tidak menghilangkan atau merusak berbagai vitamin atau mineral, macro nutrient serta nutrisi bioactive alami yang terkandung dalam protein susu. "Komponen nutrisi bioactive tidak ada di dalam susu cair lain karena umumnya rusak atau hilang karena pemanasan suhu tinggi pada waktu yang lama. Padahal, nutrisi bioactive tersebut yang berperan penting dalam menjaga kesehatan dan metabolisme seseorang, di antaranya untuk memperbaiki jaringan tubuh, anti inflamasi, anti oksidan, hingga anti kanker,” katanya pada Konferensi Pers yang digelar Greenfields Indonesia di Jakarta, Jumat 7 Juli 2023.

Ia menyarankan untuk mengonsumsi fresh milk pasteurisasi secara rutin, setidaknya dua kali sehari. Fresh milk pasteurisasi sudah dapat dinikmati sejak dari usia 12 bulan. 

Khusus pada orang dewasa, ia mengingatkan soal batasan konsumsi lemak. Orang dewasa tetap bisa minum susu segar namun silakan pilih yang rendah atau bebas lemak. "Selain itu, jangan lupa juga pastikan pilihan kita hanya mengandung 100% susu sapi segar yang bersumber dari sapi-sapi yang well-maintained dan well-monitored karena kualitas susu sapi konsepnya kurang lebih sama seperti air susu ibu (ASI), sangat ditentukan dari kesehatan sapi, pakan, bahkan sampai rasa nyaman dari sapi itu sendiri,” lanjutnya.

Menanggapi perbedaan ini,  Fiona Anjani Foebe, Chief Marketing Office Greenfields Indonesia menjelaskan Greenfields Indonesia menginisiasi kampanye #StartFresh untuk mengajak konsumen lebih bijak memilih susu dan perlahan beralih ke susu cair, khususnya fresh milk pasteurisasi yang hanya mengandung 100 persen fresh milk murni. "Susu jenis ini memiliki nutrisi alami yang lebih berkualitas karena hanya melalui proses pasteurisasi atau pemanasan suhu rendah dan singkat untuk membunuh mikroba merugikan, tanpa mengubah atau merusak nutrisi alami susu,” katanya. 

Fiona mengatakan kampanye ini juga hadir karena kontribusi susu cair di Indonesia yang masih kecil, yaitu 33 persen.  Namun tren konsumsi susu cair bertumbuh hingga 22,7 persen dalam setahun seiring menguatnya kesadaran untuk hidup lebih sehat. "Maka dari itu, kami percaya program yang mengedukasi kian penting karena pemahaman yang lebih baik tentang pilihan susu cair dapat membantu masyarakat untuk mengoptimalkan pemenuhan nutrisi sehari-hari,” kata Fiona.

Pilihan editor: Konsumsi Susu Oat Belum Tentu Turunkan Berat Badan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."