Diterima Program S3 Universitas Airlangga, Ashanty: Ingin Meningkatkan Taraf Hidup Perempuan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ashanty, penyanyi dan pengusaha kecantikan dan kuliner. Foto: Instagram/@ashanty_ash

Ashanty, penyanyi dan pengusaha kecantikan dan kuliner. Foto: Instagram/@ashanty_ash

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta Ashanty melanjutkan progam pendidikan S3 di Universitas Airlangga. Penyanyi berusia 38 tahun itu dinyatakan lulus dan diterima sebagai mahasiswa program doktor jurusan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya untuk tahun pendidikan 2023.

Ashanty mengungkapkan hal tersebut dalam vlog The Hermansyah. "Alhamdulillah aku ada berita baru, aku diterima S3 di Universitas Airlangga jurusan sumber daya manusia. Nggak mudah loh masuk situ," ujarnya. 

Istri Anang Hermansyah itu menceritakan saat mengikuti proses wawancara tes secara online dia sedang berada di bandara Jepang. Dia mengaku pasrah dengan hasilnya. Beberapa pertanyaan yang diajuka di antaranya tentang alasannya bersekolah lagi. "Karena saya udah di aats 40 tahun dedikasi saya bukan buat di diri sendiri, tapi untuk masyarakat orang lain yang benar-benar membutuhkan," ujarnya

Ashanty pun berharap program doktor yang dijalaninya selama tiga tahun nanti dapat mewujudkan keinginannya untuk meningkatkan taraf kehidupan perempuan dan anak. Menurutnya bukan hanya pemerintah tapi setiap orang juga bisa melakukan gerakan seperti ini. "Karena aku lihat tingkat kesenjangan kita terlalu jauh, dan public figure yang mau turun seperti ini lebih dlihat oleh masyarakat mudah-mudahan program kita semua berhasil," tambahnya,

Ashanty saat ini memiliki Yayasan Sosial Passion of Love yang bergerak di bidang perempuan dan anak, dan bergabung dengan Lions Club. "Lions club organisasi yang mendunia dengan kita bergabung jadi harapannya Passion of Love juga mendunia," kata perempuan yang menempuh pendidikan S1 jurusan Hubungan Internasional dan Ilmu Politik di Universitas Paramadina dan S2 Manajemen Bisnis di Binus University.

Sementara itu seperti dikutip dari laman Antara,  dosen sekaligus pakar komunikasi Suko Widodo, mengatakan bahwa Ashanty sempat berkonsultasi sebelum mengikuti serangkaian tes, proposal, rancangan disertasi dan meminta dirinya membimbing Ashanty selama mengikuti perkuliahan.

"Saya sempat komunikasi dengan Mbak Ashanty dan Mas Anang. Saya sarankan ikut
pendaftaran sebagai mahasiswa baru sesuai prosedur, termasuk rangkaian tes. Alhamdulillah dinyatakan lulus dan diterima," ujar Suko Widodo di Surabaya, Sabtu 1 Juli 2023. 

Ashanty. (tangkapan layar Youtube.com/The Hermasnyah)

Sempat Merasa Cemas dan Grogi 

Suko menceritakan saat Ashanty mengikuti tes wawancara secara online atau virtual, dia mengaku sempat grogi dan cemas karena merupakan pengalaman pertama. "Yang mewawancarai Prof Fendi Suharyadi dari Sekolah Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Saya sarankan ke Ashanty untuk menyampaikan apa adanya yang sudah ditulis. Ceritakan juga pengalaman mengelola yayasan yang dimiliki sekarang," katanya.

Keinginan Ashanty menjalani pendidikan program doktor diketahui saat dia dan suaminya menunaikan ibadah umrah bertemu dengan pengusaha ternama asal Jember Arum Sabil pada awal Ramadhan 1444 Hijriah. "Pak Arum Sabil menyarankan kuliah di Unair. Kemudian beliau menghubungi saya lewat video call langsung dari Tanah Suci ketika itu. Mas Anang juga sempat berbicara dan bilang kalau istrinya mau kuliah S3," tutur dia.

Setelah kembali dari umrah, mereka berdiskusi tentang tentang rencana kuliah. "Sempat ingin mengambil jurusan bidang komunikasi, tapi melihat aktivitas Ashanty, saya sarankan ke Pengembangan SDM, dan mereka setuju," tambah Suko. 

Pilihan Editor: Curhat Ashanty Merintis Bisnis, Sampai Menjual Barang Demi Bertahan Hidup

YUNIA PRATIWI 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."