9 Fakta Sulianti Saroso yang Perlu Kamu Tahu

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sulianti Saroso. indonesia.go.id

Sulianti Saroso. indonesia.go.id

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dalam ulasan profil kali ini, mari kita mengenal lebih dekat mendiang Prof. Dr. Sulianti Saroso. Dia adalah putri kedua Moehammad Soelaiman, dokter yang turut mendirikan Boedi Oetomo. Dokter Sulianti dikenal aktif penanganan berbagai penyakit menular di Indonesia termasuk cacar. Dialah yang membuat sistem pemberantasan wabah cacar di Indonesia pada tahun 70-an, dan sistem tersebut menjadi panutan dunia. Bukan cuma itu, ada sederet fakta menarik lainnya yang sayang untuk dilewatkan dikutip dari Majalah Tempo edisi Agustus 2020.

1. Tanggal Lahir

Sulianti lahir di Karangasem, Bali, pada 10 Mei 1917.

2. Pendidikan

Keluarga Sulianti berpindah kota hampir setiap tahun. Ketika Sulianti lulus sekolah dasar, ayahnya mengambil program doktor di Belanda dan memboyong keluarganya. Sepulang dari Belanda, Sulianti masuk sekolah di Gymnasium, Bandung. 

3. Menarik Perhatian di Kampus 

Meski ayahnya dokter, Sulianti lebih tertarik melanjutkan pendidikan ke jurusan teknik. Tapi ayahnya tak setuju. Dia akhirnya memilih masuk Sekolah Tinggi Kedokteran atau Geneeskundige Hogeschool yang kini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dalam buku Rosihan Anwar berjudul In Memoriam: Mengenang yang Wafat, disebutkan bahwa Sulianti Saroso menarik perhatian karena saat itu masih sedikit perempuan yang mengambil sekolah kedokteran. Sulianti juga senang bergaul dan gemar bermain tenis.

4. Aktif dalam Pergerakan

Lulus pada 1942, Sulianti lalu bekerja di Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo). Namun, pada tahun yang sama, Jepang mulai menjajah, diikuti dengan perang revolusi. Keadaan itu membuat dia, yang tak pernah berpolitik, ikut dalam pergerakan.

Saat menjadi dokter di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, dia bergabung dalam Dewan Pimpinan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) dan menjadi wakil Pemuda Putri Indonesia untuk Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia.

Dia juga mengumpulkan obat dan makanan, lalu dia antarkan langsung kepada pejuang di front Gresik, Demak, dan sekitar Yogyakarta. “Saya memimpin Wanita Pembantu Perjuangan,” kata Sulianti seperti dikutip dalam buku Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984.

Julie Sulianti Saroso saat menjadi narasumber di stasiun Televisi WTCN di Minneapolis, Amerika Serikat, 1958. FOTO/WHO

5. Turut Serta Menyelundupkan Pesawat

Tugas paling bersejarah bagi Sulianti adalah saat dia menghadiri Kongres Wanita di India pada 1947 sebagai wakil Kowani bersama Utami Suryadarma. Saat itu, perwakilan Indonesia di sana meminta Sulianti menyelundupkan pesawat terbang milik industrialis Patnaik dan menyerahkannya kepada pemerintah darurat di Bukittinggi, Sumatera Barat.

Pesawat blockade runner yang lepas landas dari New Delhi , India, itu berhasil mengelabui Belanda dan mendarat di Bukittinggi dengan selamat. “Karena semangat sedang berkobar, sedikit pun saya tidak gentar,” tuturnya.

6. Beasiswa UNICEF

Seusai perang, Sulianti mendapat beasiswa dari UNICEF untuk belajar tentang kesehatan masyarakat dan kesejahteraan ibu-anak di University of London.

7. Cinta Bersemi di Singapura

Kisah cinta Sulianti dan Saroso Wirodihardjo bermulai di negeri singa. Dalam perjalanan pulang dari London, Sulianti singgah di Singapura. Di sana, dia bertemu dengan Saroso, ekonom yang menjabat Direktur Perdagangan di Kementerian Kemakmuran. Pertemuan itu berujung pada pernikahan mereka pada 1952.

Sebelumnya, Sulianti telah menikah dengan dokter Sukonto, lalu berpisah. Sulianti, yang memiliki nama tunggal dan biasa disapa Syuul atau Julie, kemudian memakai “Saroso” sebagai nama belakangnya.

8. Tanggal Wafat

Sulianti meninggal pada 29 April 1991. Dia dimakamkan di Karet, Jakarta, dengan upacara kenegaraan yang dipimpin Inspektur Jenderal Departemen Kesehatan dokter M. Isa.

Prosesi itu merupakan penghargaan bagi Sulianti sebagai penerima Bintang Mahaputera Pratama dari Presiden Soeharto pada 1975 untuk kesetiaan dan jasa luar biasa kepada negara.

9. Namanya Diabadikan di RSPI

Berkat kiprah Sulianti dalam penanganan berbagai penyakit menular di Indonesia membuat namanya diabadikan menjadi Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, yang diresmikan pada 21 April 1994

MAJALAH TEMPO

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."