Rasanya Pakai Baju Hazmat, Ini Kisah Dokter di Wisma Atlet

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Pekerja mengenakan baju pelindung yang telah jadi di Kwaon, Jemawan, Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Kamis 26 Maret 2020. Produksi alat pelindung diri (APD) yaitu baju pelindung yang terbuat dari kain

Pekerja mengenakan baju pelindung yang telah jadi di Kwaon, Jemawan, Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, Kamis 26 Maret 2020. Produksi alat pelindung diri (APD) yaitu baju pelindung yang terbuat dari kain "waterproof" tersebut dijual dengan harga Rp100 ribu per baju untuk memenuhi permintaan tim kesehatan dari wilayah Jakarta, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Sumatera Barat dan Tangerang yang digunakan sebagai APD penanganan COVID-19. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Baju hazmat adalah salah satu alat pelindung diri yang dipakai oleh tenaga medis. Alat pelindung diri adalah seperangkat peralatan medis yang wajib dikenakan petugas saat menangani pasien Covid-19.

Alat pelindung diri terdiri dari baju hazmat yang menutup tubuh sampai kepala, masker, pelindung wajah, sarung tangan plastik, kacamata yang menutup sempurna, sampai alas kaki. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya jika harus bekerja selama delapan jam dengan memakai semua peralatan ini.

Seorang dokter yang betugas di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Erizal Azmi berbagi cerita bagaimana dia melaksanakan tugas selama tiga bulan terakhir. Selama itu pula, dia harus memakai alat pelindung diri dengan lengkap agar terhindar dari virus corona.

"Ini nikmat yang Allah berikan. Saya harus bertugas dan diamanahkan menangani pasien, malayani masyarakat yang membutuhkan," kata Erizal Azmi. "Kami jalani dengan ikhlas saja dan berikan yang terbaik. Itu sudah kebahagian juga buat saya."

Erizal Azmi semula bertugas sebagai dokter di Pusat Kesehatan Angkatan Darat atau Puskesad, Kramat Jati, Jakarta Timur. Dia kemudian dipindahtugaskan pada 22 Maret 2020 atau tepat saat Wisma Atlet diresmikan sebagai rumah sakit darurat corona oleh Presiden Joko Widodo. Sejak itu, pria 24 tahun ini tetap bertugas di sana sampai sekarang.

Ilustrasi petugas Medis Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. ANTARA/ HO

Perwira di Pusat Kesehatan Angkatan Darat ini harus merawat pasien dalam pengawasan atau PDP hingga yang positif. Jumlahnya bisa mencapai lebih dari 500 orang. Bersama dokter dari TNI lainnya, dia bergiliran menjaga ruang rawat inap, High Care Unit atau HCU, hingga di Instalasi Gawat Darurat atau IGD.

Erizal Azmi mengatakan ketatnya protokol kesehatan untuk para dokter. Sebelum bertugas, mereka membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk memakai baju hazmat lengkap dengan masker, pelindung wajah, kacamata, sarung tangan, dan alas kaki khusus. Erizal memakai alat pelindung diri selama delapan jam bekerja, mulai dari jam 05.00-13.00, 13.00-21.00, dan 21.00-05.00.

Selama itu pula dia terpaksa menahan buang air kecil agar tidak terkontaminasi kuman di toilet. Terlebih stok alat pelindung diri sangat terbatas sehingga harus dihemat penggunaannya. Saat tubuh dibungkus baju hazmat pun, Erizal harus menahan panas karena pakaian itu terbuat dari bahan plastik yang tidak menyerap keringat.

Itu sebabnya para petugas medis juga menjalankan ibadah salat dengan tetap memakai baju hazmat. Waktu salat juga hanya sebentar, sekitar tiga menit saja. Erizal baru melepas alat pelindung diri setelah selesai bertugas dan beristirahat di salah satu tower steril yang disediakan untuk petugas medis. Selama tiga bulan ini, Erizal tak pernah keluar dari Kompleks Wisma Atlet.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."