Gejala Menopause yang Perlu Diperhatikan, Perubahan Kulit dan Disfungsi Seksual

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi menopause. shutterstock.com

Ilustrasi menopause. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Terlepas dari kenyataan bahwa 1,3 juta wanita memasuki masa menopause setiap tahunnya, baru akhir-akhir ini saja dunia mulai memperhatikan gejala menopause. Hal ini sudah lama tertunda, mengingat gejala menopause lebih dari sekadar hot flash yang sering diparodikan.

"Telah diketahui dengan baik bahwa menopause dapat memengaruhi peremouan dari ujung kepala hingga ujung kaki," kata Somi Javaid, MD, seorang anggota Kongres Obstetri dan Ginekologi Amerika serta pendiri dan kepala petugas medis HerMD. Menopause berdampak pada kehidupan seks, kesehatan mental, bahkan selera berpakaian. Inilah saatnya untuk memperhatikan gejala menopause sebagai hal yang penting dan diakui seperti halnya gejala yang dialami saat masa pubertas.

Meskipun perubahan gaya hidup ini sangat penting bagi wanita, namun pembicaraan mengenai menopause juga penting dari sudut pandang budaya. "Penting untuk membicarakan dampak penurunan estrogen terhadap tubuh, secara umum," kata ob-gyn Leah Millheiser, MD, seorang praktisi menopause bersertifikasi North American Menopause Society dan kepala petugas medis di pusat perawatan menopause Evernow.

Hal ini termasuk hilangnya massa tulang, yang dapat menyebabkan osteoporosis dan patah tulang yang berpotensi mengancam nyawa di kemudian hari; penyakit kardiovaskular; diabetes tipe 2; perubahan berat badan, kulit, dan rambut; perubahan kognitif; dan perubahan fungsi seksual (misalnya, penurunan gairah seks, kekeringan pada vagina, dan rasa sakit saat berhubungan seks).

Berikut ini semua yang perlu diketahui tentang gejala menopause.

Tentang Menopause

Menopause didefinisikan sebagai berhentinya fungsi ovarium dan secara resmi didiagnosis ketika sudah satu tahun penuh kamu tidak mengalami menstruasi. Namun, gejala pra-menopause, yang juga dikenal sebagai perimenopause, dapat terjadi bertahun-tahun sebelum itu. "Dari masa pubertas hingga menopause, menstruasi merupakan hasil dari folikel, atau sel telur, yang dilepaskan pada saat ovulasi dan gagal dibuahi," kata Lizellen La Folette, MD, dokter kandungan yang bersertifikat dan penasihat medis untuk Stripes. "Siklus ini dikendalikan oleh estrogen dan progesteron, hormon reproduksi kita. Selama menopause, ovarium menjadi semakin resisten terhadap ovulasi karena semakin sedikit folikel yang dilepaskan."

Perubahan ini tidak terjadi secara linier, sehingga mungkin kamu akan mengalami menstruasi yang tidak teratur selama bertahun-tahun dan gejala menopause dini sebelum memasuki masa menopause secara resmi. (Bagi kebanyakan wanita, transisi menopause dimulai sekitar usia 45 tahun-usia rata-rata diagnosis menopause adalah 51 tahun). Hasilnya adalah bahwa "koneksi otak-ovarium berubah dari sebuah mesin yang diminyaki dengan baik yang menghasilkan siklus yang teratur menjadi keadaan stres dan disfungsi," kata Dr. La Folette. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."