Ketahui Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi, Gejala, dan Cara Penanganannya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
ilustrasi jantung (pixabay.com)

ilustrasi jantung (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah Anda 80.000 bayi per tahunnya lahir dan mengalami penyakit jantung bawaan, sekitar 25 persen di antaranya membutuhkan penanganan serius pada usia pertamanya.

PJB adalah penyakit jantung yang telah ada sejak lahir akibat kelainan pada organ/ struktur jantung termasuk ruang jantung, dinding jantung, dan katup jantung, hal ini dapat disebabkan karena malnutrisi, konsumsi obat-obatan tertentu atau infeksi yang dialami selama masa kehamilan.

Gejala penyakit jantung bawaan yang sering dijumpai adalah warna kulit (kaki, tangan, bibir) yang kebiruan, sesak napas, berat badan yang sulit naik, infeksi batuk demam yang berulang dan kesulitan menyusui/ menyusui terputus-putus.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Konsultan Kardiologi Pediatrik. Dokter Radityo Prakoso mengatakan jika 50 persen dari penderita penyakit jantung bawaan di Indonesia datang dengan keadaan yang sudah terlambat, misalnya karena mengabaikan tanda, pertimbangan biaya dan tidak meratanya sebaran fasilitas dan informasi tentang PJB, sehingga banyak kasus PJB yang tidak tertangani dengan baik. 

Bersama dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, untuk beberapa kasus, pasien PJB kini tidak lagi mengalami operasi atau pembedahan terbuka, namun dengan tata laksana prosedur intervensi menggunakan kateter – non bedah, dimana penanganan tersebut sudah dapat ditangani oleh tim dokter di Heartology Cardiovascular Center.

“Fakta dan sekaligus kabar baik untuk kita semua, karena teknologi pada tatalaksana penanganan pasien PJB sudah semakin maju dan berkembang, sehingga jika dibandingkan dengan tahun 90an atau 1 dekade terakhir menunjukan, angka survival (hidup) pasien PJB meningkat 30 persen,” ucap Radityo melalui siaran pers yang diterima Cantikia, Senin, 27 Februari 2023. 

Beberapa kasus yang dapat dilakukan intervensi non-bedah, adalah PDA (Patent Ductus Arteriosus) yaitu kondisi di mana pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri paru tetap terbuka, kemudian lubang ditutup menggunakan device ADO (Amplatzer Ductal Occluder) dan ASD (Atrial Septal Defect) merupakan kondisi di mana terdapat lubang serambi jantung yang mengakibatkan aliran darah menjadi tidak normal yang kemudian ditutup dengan device ASO (Amplatzer Septal Occluder).

Selain Dokter Radityo, kedua prosedur tersebut dilakukan oleh tim spesialis jantung dan pembuluh darah, Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dokter Ario Soeryo Kuncoro. Radityo menjelaskan bahwa tindakan intervensi kateter ini dapat dilakukan dengan metode zero flouroscopy (tanpa radiasi). 

Ario menambahkan, bahwa prosedur ini menggunakan bantuan imaging murni dari ekokardiografi. "Karena seperti yang kita ketahui, bahwa radiasi dapat menimbulkan efek jangka panjang untuk pasien, dokter dan tim laboratorium kateterisasi. Intervensi non bedah pada PJB menggunakan kateter, memiliki beberapa keuntungan di antaranya risiko/ komplikasi relatif lebih rendah, masa rawat di rumah sakit dan waktu pemulihan yang lebih singkat, serta biaya yang lebih murah, selain itu, waktu pengerjaan tindakan juga lebih singkat. Penanganan PJB yang tepat, dapat meningkatkan 3x usia harapan hidup pasien.

Pilihan Editor: Faktor Penyebab Bayi Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan, dari Usia Ibu hingga Infeksi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."