Detail Kebaya Labuh Asal Kepri yang Diusulkan dalam Kebaya Goes to UNESCO

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Salah satu kebaya Indonesia asal Kepualauan Riau diajukan dalam nominasi Kebaya Goes to UNESCO bersama 4 negara ASEAN lainnya/Foto: Doc. Sanggar Lembayung

Salah satu kebaya Indonesia asal Kepualauan Riau diajukan dalam nominasi Kebaya Goes to UNESCO bersama 4 negara ASEAN lainnya/Foto: Doc. Sanggar Lembayung

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menindaklanjuti program Kebaya Goes to UNESCO, lima negara di Asia Tenggara yang mengenal kebaya sebagai busana tradisional perempuan yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand membentuk hubungan budaya bersama (shared culture). Untuk itu, lima negara ini secara bersama-sama menyepakati mengusulkan kebaya ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). 

Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid menuturkan proses pengusulan dimulai ketika Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Sri Ismail Sabri bertemu dengan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo di Jakarta, pada 2021. Pertemuan ini membicarakan berbagai peluang kerja sama di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang kebudayaan. 

Sebagai informasi jenis kebaya yang diusulkan dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) atau kebaya goes to UNESCO sebagai nominasi bersama tahun 2023 ialah Kebya Labu dari provinsi Kepulauan Riau dan Kebaya Kerancang atau dikenal sebagai Kebaya Encim dari Betawi. 

Owner Sanggar Lembayung dan pelestari busana warisan Melayu Kepulauan Riau Mellyana Anggraini mengatakann proses awalnya ialah lebih dari ke kedekatan dengan empat negara ASEAN lainnya. "Bagaimana kami membiasakan penggunaan kebaya labuh dalam acara tradisonal, upacara pengantin, dan tentu saja irisan sejarah dari kerajaan Lingga yang wilayah kekuasannya luas, istilahnya adik beradik. Nah, sebelumnya kami juga sudah mencatatankans ejak tahun 2021," ucap Mellyana saat ditemui di acara farewell dinner Workshop Pengusulan Kebaya Sebagai Nominasi Multinasional di Jakarta, Selasa, 7 Februari 2023. 

Mellyana Anggraini, Owner Sanggar Lembayung dan pelestari busana warisan Melayu Kepulauan Riau/Foto: Cantika/Ecka Pramita

Kebaya labuh sering juga disebut kebaya panjang yaitu pakaian serupa baju kurung dengan belahan baju di depan. Panjangnya sampai ke lutut atau bawah lutut. Sejak zaman Kerajaan Lingga-Riau, kebaya labuh telah menjadi pakaian tradisional perempuan Melayu Lingga. Dalam perkembangannya kebaya labuh juga dikenakan di luar Lingga, hingga ke Riau daratan. 

"Kebaya labuh memiliki kekek (kain segi empat yang dilipat untuk membentuk lekuk ketiak) dan ber-pesak di bagian depan. Potongan kebaya longgar. Untuk menutup belahan depan, biasanya dikenakan krongsang (peniti tiga serangkai/ peniti ibu-anak. Kain bawahnya biasanya batik atau kain songket. Sebagai penutup kepala dikenakan tudung lingkup (kerudung)," tambahnya. 

Kini, kebaya labuh masih dikenakan orang Melayu di Kepulauan Riau dan Riau terutama untuk busana resmi acara khusus, pakaian pengantin, dan kostum dalam persembahan kesenian Melayu seperti Tari Persembahan dan Teater Bangsawan. "Dengan masuknya Kebaya Labuh dalam join nominasi ke UNESCO diharapkan semakin banyak orang yang mengetahui dan generasi muda juga turut melestarikannya," harap Mellyana.  

Baca: Kebaya Goes to UNESCO, Indonesia Gabung Bersama 4 Negara ASEAN

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."