Cerita Angkie Yudistia Terus Mengembangkan Diri Walau Kondisi Terbatas

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Angkie Yudistia, Sociopreneur sekaligus Author di acara kampanye #RayakanGerakmu yang diluncurkan Rexona, Minggu, 5 Februari 2023.

Angkie Yudistia, Sociopreneur sekaligus Author di acara kampanye #RayakanGerakmu yang diluncurkan Rexona, Minggu, 5 Februari 2023.

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kampanye #RayakanGerakmu menggandeng sederetan hijabers yang telah berhasil "menembus batas" dalam berekspresi dan berkarya, di antaranya dua sosok Rexona Gerak Champions yaitu Angkie Yudistia - Sociopreneur sekaligus Author, dan Ayudia Chaerani - Pegiat gaya hidup aktif dan entrepreneur. 

Angkie Yudistia bercerita jika sebagai penyandang tuli, ia tahu rasanya hidup di dunia yang kadang tidak berpihak sama kita, bagaimana kita mencoba mengembangkan diri tapi masih sangat serba terbatas untuk beradaptasi dengan lingkungan kita. "Tapi kita tidak bisa hanya menunggu dan mengharapkan perubahan, karena perubahan harus digerakkan dan dimulai dari diri sendiri, serta berdampak kepada orang lain," ucapnya melalui siaran pers, Minggu, 5 Februari 2023. 

Sebaik-baiknya manusia, lanjut Angkie adalah yang paling bermanfaat untuk sesama "Saat kita memperbanyak aktivitas yang memberi manfaat kebaikan, maka gerakan kebaikan yang kita lakukan Insya Allah akan membawa keberkahan. Untuk itu, dalam bergerak aku selalu berprinsip, hal apapun yang aku lakukan sebaiknya dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas," ungkapnya.

Memperingati momen World Hijab Day 2023, Rexona Hijab Natural meluncurkan kampanye #RayakanGerakmu, Minggu, 5 Februari 2023/Foto: Doc. Rexona

Sebagai informasi, Angkie Yudistia ialah satu dari tiga perwakilan milenial perempuan yang dipercaya bergabung sebagai anggota staf khusus Presiden. Angkie salah satu sosok yang membuktikan keterbatasan bukan halangan besar. Ia tetap bermimpi, meraih kesuksesan, dan bermanfaat bagi orang lain, khususnya untuk disabilitas.

Dihimpun dari berbagai sumber, saat usia 10 tahun, Angkie mengalami demam tinggi dan meminum antibiotik sesuai dengan anjuran dokter. Efek dari minum antibiotik, pendengarannya terhenti, kemudian tuli dan memanfaatkan alat bantu hingga saat ini.

Jika ingin berbicara dengannya harus berhadap-hadapan, maka ia bisa melihat gerakan bibir Anda dan bisa memahami apa yang Anda katakan.  Lalu, bagaimana ia bisa melewati keterbatasannya? Sebagai tuli, kesulitan Angkie mulai dialami saat menjejaki dunia pendidikan. Meski memiliki keterbatasan itu, orang tuanya tidak dapat membedakan dengan anak-anak sebayanya kala itu. 

Selain giat belajar, Angkie juga menyediakan pelatihan untuk mengurangi kesulitan tuli. Tak hanya memanfaatkan alat bantu dengar, Angkie terus menerus melatih diri sendiri melihat gerakan bibir seseorang berbicara untuk memudahkan dirinya dalam berkomunikasi.

Selain berjuang dalam hal komunikasi, ia pun kerap meneriman cacian dan hinaan. Rasa malu sempat membuat Angkie Yudistia menutup jati dirinya. Alat bantu dengarnya pun dia tutupi dengan rambut. Angkie kecil pernah diledek, dibilang budek dan sejenis itu.

Diakui Angkie, ia pun sempat menyalahkan kondisinya. Mengadu kepada sang pencipta. Namun ia pun bingung harus membantah siapa, karena orang tua yang ia sayangi tidak berbeda dengan anak yang lain. Pencerahan itu datang, kala itu di kereta. Seorang bapak-bapak menyadarkannya untuk bangkit. Saat itu ia mengaku, Angkie mulai menerima dan berhasil menemukan jati dirinya.

Baca: Gaya Fashion Angkie Yudistia di Acara KTT G20, Kebaya Chic dan Smart Casual

AHMAD FAIZ IBNU SANI

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."