Cara Menghadapi Anggota Keluarga yang menjadi Pelaku Mom Shaming

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu bersedih. Foto: Freepik

Ilustrasi ibu bersedih. Foto: Freepik

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pelaku mom shaming bisa siapa saja, termasuk anggota keluarga yakni ibu, ibu mertua, hingga bibi. Umumnya, hal itu dipicu oleh 'lumrah' alias lazim. Komentar-komentar seputar "berbagi pengalaman" itu bisa jadi menyinggung atau menyakiti hati para ibu baru. Karena ibu tersebut punya pola pikir dan gaya tersendiri dalam mengasuh buah hatinya, sama seperti anggota keluarga yang berkomentar saat menjadi ibu baru dahulu kala.

Jika dibiarkan, hal itu bisa terulang lagi di kemudian hari. Dan, tentunya kondisi tersebut bisa berisiko untuk kesehatan fisik dan mental si ibu. Tentunya, bukan hal itu yang diinginkan. Mengingat ibu bahagia adalah salah satu fondasi penting mengasuh buah hati, bukan?

Lantas, seperti apa cara menghadapi anggota keluarga yang menjadi pelaku mom shaming? Langkah pertamanya adalah pengelolaan emosi dan kebijaksanaan merespons.

"Ketika kita menghadapi kondisi yang tidak nyaman seperti itu, kita punya pilihan. Kita akan memfokuskan pada hubungan atau konten yang sedang kita bahas. Pada saat mom shaming dilakukan oleh orang terdekat kita, keberlangsungan hubungan baik tetap dibutuhkan. Jadi, artinya perlu pilihan ucapan-ucapan yang pantas (saat merespons)," ujar psikolog Anisa Cahya Ningrum saat dihubungi Cantika via telepon pada Rabu, 21 Desember 2022.

"Kalau itu (pernyataan mom shaming) diucapkan oleh ibu mertua, pasti rasanya gak enak. Jadi, perlu pengelolaan emosi yang baik. Ibu perlu tenang," lanjutnya.

Anisa menekankan pentingnya kondisi tenang secara hati dan pikiran sebelum merespons. Agar situasi tidak berujung pada konflik tak berujung.

"Menenangkan diri. Tidak menjawab secara frontal. Mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikan. Itu dulu. Supaya tidak terjadi seperti berbalas pantun. 'Oh iya, ibu terima kasih, mungkin itu cara ibu. Saya belajar beberapa hal tentang parenting. Mungkin saya akan coba dulu'," jelas pendiri Cahya Communication itu.

Anisa mengingatkan jangan langsung ditolak mentah-mentah pengalaman mereka. Karena bisa jadi ada nilai dan cara yang sesuai dengan si ibu.

"Jadi, kita perlu merendahkan hati dengan cara saya coba dulu cara saya. Mementingkan (menjaga) hubungan baik sangat diperlukan (dalam keluarga)," tuturnya.

Selain tidak frontal dan penuh ketenangan, diperlukan juga ketegasan dalam menghadapi mom shaming.

"(seperti) 'Saya mencoba cara yang saya pelajari dulu'. Kemudian, anggota keluarga itu tidak merasa dipojokkan dan kita juga gak merasa sombong," pungkasnya.

Semoga di antara kita tidak menjadi anggota keluarga pelaku mom shaming tanpa disadari, ya. Always, woman support woman, in a good way.

Baca juga: Hari Ibu, Ketahui Dampak Mom Shaming: Psiklogis sekaligus Fisik

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."