Pernah Punya Momen Kehilangan, Awi Chin Rilis Kumpulan Cerita Pendek Bernuansa Lokal

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius

Ilustrasi membaca buku. Dok. Zenius

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tak ada yang siap dengan kehilangan termasuk kematian, agaknya idiom tersebut banyak menginspirasi para penulis untuk menyajikan dalam bentuk cerita. Begitu pula dengan penulis muda Awi Chin yang baru saja merilis kumpulan cerita pendek bertajuk Biarkan Kematian Merayakan Kehidupan. 

Buku kumpulan cerita (kumcer) Awi Chin ini berisikan tema-tema kematian dan kehilangan sehingga di awal halaman Awi memberikan peringatan di dalamnya. Awi juga menyarakankan mereka yang merasa kondisi mentalnya sedang tidak baik-baik saja untuk tidak meneruskan membaca cerita-cerita di dalam buku ini.

Buku kumcer yang banyak mengangkat kisah-kisah kehidupan dan lokalitas dari Kalimantan ini, memuat berbagai POV yang unik di dalamnya. Seperti contohnya POV Kuntilanak, POV binatang, dll.

"Untuk judul kumcer tadinya diambil dari salah satu judul cerpen berjudul Gantung Diri, tapi kok terasa ngeri, takut pembaca yang tidak sedang baik-baik saja terpicu. Akhirnya judulnya memakai Biarkan Kematian Merayakan kehidupan. Sebab banyak sekali isu kematian dalam buku ini," jelas Awi Chin dalam peluncuran buku yang digelar Komunitas literasi Nulis Aja Dulu (NAD) bekerjasama dengan Penerbit Buku Mojok, Sabtu 3 Desember 2022 di Kafe Nakara, Bandung. 

Sementara itu, tentang kover bukunya yang menampilkan bayi dan bunga berdasarkan saran editor. "Menurut editor saya, setengah dari cerpen yang ada di dalam buku ini berhubungan dengan bayi, meskipun saya sendiri tidak terlalu menyukai anak kecil. Selain itu, ada beberapa binatang dalam cerpen ini: paus, orang utan, penyu, kerbau, dan kupu-kupu," kata penulis Yang Tak Kunjung Usai ini. 

Buku kumpulan cerpen ini Awi Chin persembahkan kepada kakak perempuannya Juwita Effendy yang meninggal usai melahirkan anaknya. "Saya menyesali belum pernah menyatakan kepada kakak saya betapa berartinya dia di dalam hidup saya, buku ini saya dedikasikan untuk kakak perempuan saya yang telah meninggal setelah melahirkan anaknya," ucap pria kelahiran Jakarta, 12 November 1991.

Awi sendiri merupakan salah satu penulis Emerging Writer di Ubud Writer and Reader Festival 2022, dan diundang untuk hadir langsung ke Pulau Bali. Sebagai keturunan dari Cina dan Dayak Kalimantan, Awi banyak mengangkat isu-isu yang terjadi di Kalimantan dalam ceritanya. Termasuk sedikit tentang sejarah kelam orang Dayak yang dibunuh dengan kejam.

Awi Chin saat ini sedang menggarap novel berikutnya yang ditulisnya saat residensi di Swedia. Selain menjadi penulis, Awi Chin juga menjadi salah satu fasilitator di NAD Academia yang menjadi wadah inkubasi calon-calon novelis dari komunitas Nulis Aja Dulu.

Di tahun yang sama ia juga memenangkan lomba cerita pendek oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bertajuk #NulisDariRumah dan cerita pendeknya yang berjudul Niskala Nakula dibukukan dalam antologi cerpen berjudul Pesan Penyintas Siang. Selain itu cerita pendeknya yang berjudul Petilan Cinta Nehemia yang Bunuh Diri di Tangga Surga juga masuk ke sepuluh besar lomba #RetasBudaya yang diadakan oleh Goethe House, Glam Institute, dan Gramedia Writing Project

Sebagai informasi, buku kumcer Biarkan Kematian Merayakan Kehidupan saat ini sudah dicetak 1000 eksemplar dan didistribusikan melalui toko-toko buku kecil sebagai salah satu gerakan mendukung literasi agar tidak terjadi disparitas harga yang tajam di berbagai wilayah Indonesia. Buku kumcer terbaru ini memiliki 16 buah cerita, diterbitkan Penerbit Buku Mojok dan dijual dengan harga Rp65.000. Rating buku ini untuk pembaca dewasa berusia 16 tahun ke atas.

Baca: Selamat! 7 Novel Karya NAD Academy 2020 Komunitas Nulis Aja Dulu Resmi Dirilis

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."