Nyeri Sendi Lebih Rentan Dialami Perempuan, Ini Penyebabnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi radang sendi. Shutterstock

Ilustrasi radang sendi. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menginjak usia lanjut, pada umumnya tingkat produktivitas kerja seseorang akan menurun seiring dengan menurunnya fungsi organ tubuh. Di samping itu, mereka yang berada pada fase ini juga kerap rentan terhadap ragam penyakit kronik, salah satunya Osteoarthritis (OA) atau yang lebih dikenal dengan sebutan nyeri sendi, di mana penyakit ini timbul akibat kerusakan jaringan tulang rawan yang melapisi tulang, sehingga tulang saling berbenturan ketika digerakkan. 

Penyakit ini paling sering terjadi pada sendi-sendi lutut, pinggul, tulang punggung, dan jari tangan. 
Meski penyakit nyeri sendi dapat dialami oleh semua golongan usia, termasuk remaja dan anak-anak. 

Namun, kondisi ini paling sering dialami oleh orang dengan usia di atas 50 tahun. Berdasarkan data WHO, sebanyak 50 juta orang-orang dewasa terkena nyeri sendi. Adapun menurut data Riskesdas 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia masih cukup tinggi yakni sekitar 7,3 persen dan diprediksikan akan terus bertambah.

Nyeri sendi lebih rentan dialami oleh perempuan dibanding pria dan penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yakni obesitas (kelebihan berat badan), riwayat cedera pada sendi, faktor genetik, faktor usia, faktor autoimun, faktor hormonal, dan kurang nutrisi sendi. 

Apabila tidak segera mendapat penanganan secara tepat, nyeri sendi tidak hanya mengganggu aktivitas harian dan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderitanya, namun jika dibiarkan dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kelumpuhan.

Untuk itu, penting kiranya melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan gaya hidup sehat, rutin berolahraga dan mengkonsumsi makanan gizi seimbang guna menjaga kesehatan sendi. Namun bagi yang sudah terlanjur mengalami penyakit ini, disarankan untuk dapat mengkonsumsi glukosamin yang berfungsi untuk merangsang pembentukan cairan sinovial (pelumas sendi), dan kondroitin yang berfungsi untuk membantu menarik air dan nutrisi ke dalam tulang rawan agar tetap kenyal dan sehat,  juga merangsang perbaikan tulang rawan dan menghambat enzim yang mendegradasi tulang rawan.

Glukosamin dan kondroitin dapat ditemukan dalam suplemen kesehatan, salah satunya Viostin yang merupakan suplemen nutrisi sendi dengan kandungan utama kombinasi berupa Glukosamin dan Kondroitin yang bekerja menstimulasi pembentukan tulang rawan sendi dan mengurangi peradangan sehingga rasa nyeri sendi berkurang. 

Selain dua kandungan utama tersebut, Viostin juga dikombinasikan dengan Mangan yang berperan dalam proses pengikatan glukosamin pada glikosaminoglikan, Magnesium yang berfungsi untuk relaksasi otot sehingga dapat mencegah kram otot, Vitamin C dan Zinc yang merupakan antioksidan yang bisa membantu proses pembentukan kolagen dan jaringan. 

Selain bersertifikasi BPOM dan HALAL, produk Viostin juga memiliki kandungan yang lengkap serta memberikan efek yang lebih cepat karena mengandung kondroitin dari sapi dengan ukuran molekulnya lebih kecil sehingga lebih mudah diserap tubuh. 

Selain itu, Viostin aman dikonsumsi jangka panjang karena tidak mengandung obat anti nyeri atau analgetik.  Adapun untuk mendapatkan manfaat yang optimal, penderita nyeri sendi perlu mengkonsumsi Viostin secara rutin 3x1 kaplet per hari. Viostin tersedia dalam 2 jenis kemasan, yaitu Box si 6 strip @ 5 kaplet, dan Box isi 10 Catchcover @ 5 Kaplet. Adapun jika kondisi sudah membaik dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1x sehari 1 kaplet.

Baca: Gejala Kanker Darah, Demam Hilang Timbul dan Nyeri Sendi Jangan Diabaikan

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."