Tips Ajarkan Anak Kompetisi yang Sehat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilusttrasi orang tua dan anak. shutterstock.com

Ilusttrasi orang tua dan anak. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI) Vera Itabiliana Hadiwdjojo membagikan tips ajarkan anak kompetisi yang sehat untuk para orang tua. Kompetisi yang sehat perlu diajarkan agar ketika berada dalam situasi menang ataupun kalah, anak bisa menyikapinya dengan positif dan tidak merugikan orang lain.

"Menekankan dalam pertandingan yang terpenting bukan hanya kemenangan tapi bagaimana menunjukkan performa terbaik hasil dari latihan selama ini. (Orang tua juga) dapat mengajarkan anak tentang sportivitas tentang bagaimana menghargai kemenangan lawan dan menerima kekalahan dengan lapang dada," kata Vera pada 4 Oktober 2022.

Orang tua sebagai pengajar pertama di keluarga harus berperan sebagai pemberi contoh agar anak memahami konsep kompetisi yang sehat dalam berbagai pertandingan ataupun kompetisi.

1. Jangan Bandingkan dengan Saudara atau Teman

Vera mengatakan pemberian pemahaman terkait rivalitas yang sehat kepada anak bisa dilakukan sejak usia dini.

Contoh mudah mengajarkan rivalitas sehat tersebut bisa dimulai dari tindakan orang tua dengan cara tidak membandingkan anak dengan kakak atau adik maupun teman sebagainya.

Setelah berhasil memahami rivalitas dengan konsep tersebut, orang tua bisa mulai mengenalkan konsep rivalitas dalam sebuah kompetisi atau pertandingan di usia sekitar 9 tahun ke atas.

2. Gambarkan Emosi Anak

Ajarkan anak menggambarkan emosi dengan cara yang baik dan tidak merugikan orang lain ketika mengalami situasi di luar ekspektasinya.

"Ajarkan dan biasakan sejak dari rumah atau lingkungan keluarga bagaimana mengekspresikan emosi yang tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain dan tidak merusak barang," tambah Vera.

Apabila orang tua mendampingi, adanya baiknya orang tua bisa membantu anak menenangkan dirinya ketika mengalami emosi menggebu-gebu setelah mengalami kekalahan.

Karena sangat wajar apabila dalam sebuah pertandingan seseorang bisa terbawa emosi mengingat adanya adrenalin tinggi yang bisa memicu hal tersebut. "Sehingga perlu ada orang-orang yang bersiap untuk antisipasi hal ini," katanya.

Baca: Family Run Bisa Jadi Ajang Kenalkan Anak Soal Olahraga dan Kompetisi

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."