World Suicide Prevention Day, Pahami Gejala Bunuh Diri pada Orang Terdekat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hari ini diperingati sebagai World Suicide Prevention Day. Kasus yang dialami oleh aktris asal Korea Selatan Yoo Ju Eun yang  meninggal dengan mengakhiri hidupnya sendiri pada usia muda 27 tahun, menambah daftar panjang kasus bunuh diri. Pada tanggal 29 Agustus, kakak mendiang Yoo Ju Eun mengupdate Instagramnya dengan kata-kata terakhirnya. 

Perlu diketahui, jika tidak semua orang yang melakukan tindakan bunuh diri memiliki ciri khusus, oleh karenanya masyarakat diharapkan peka dengan keadaan sekitar agar dapat melakukan pencegahan, hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia, Indria Laksmi Gamayanti. 

"Sangat penting untuk mengamati sikap dan perilaku seseorang yang sedang mengalami depresi atau masalah kesehatan jiwa lainnya. Meski tidak memiliki tanda khusus, biasanya ada kata-kata atau pesan yang disampaikan secara tersirat," ucap lulusan fakultas psikologi Universitas Gadjah Mada ini.

Bisa dari kata-katanya, pesan-pesannya, mungkin untuk sebagian orang bisa terlihat dari penampilan yang tidak bersemangat. Namun, tidak selalu seperti itu, bisa juga dari sikap dan perilaku, keluhan-keluhannya perlu kita perhatikan.

Menurut Gamayanti, saat seseorang menunjukkan sikap adanya keinginan untuk bunuh diri, maka harus direspons dengan serius. Sebab, bantuan dari orang terdekat dapat berguna untuk pencegahan.

"Ada tanda-tanda memang tapi tidak berarti orang itu pasti mau bunuh diri. Namun, perlu bahkan harus direspon dengan serius, sekecil apapun tanda itu perlu dan harus direspon dengan serius," kata Gamayanti.

Gamayanti mengatakan rata-rata orang yang melalukan bunuh diri selalu merasa kesepian, tidak berguna, lelah dengan kehidupan, putus asa, tidak ada yang dukung atau peduli, merasa dijauhi dan tertekan.

Oleh karenanya, seseorang yang mengalami gangguan psikologis butuh teman untuk diajak bicara, yang mau mendengarkan tanpa menghakimi dan menenangkan. "Cara kita melakukan pencegahannya dengan mengajaknya berbicara, mendengarkan, ditenangkan dan pelan-pelan diajak untuk menguraikan masalahnya," ujar Gamayanti.

Sementara itu, Gamayanti menyebutkan seseorang yang berisiko melakukan tindakan bunuh diri adalah individu yang mengalami masalah psikologis berat atau gangguan jiwa (depresi) karena ada predisposisi kerentanan, memiliki masalah hubungan awal yang tidak harmonis, mengalami kekerasan, perundungan, trauma atau diskriminasi, mengalami tekanan hidup berat, minim dukungan sosial, adanya anggota keluarga yang bunuh diri serta mudah mendapatkan alat bunuh diri.

Merefleksikan World Suicide Prevention Day, mari jangan anggap remeh seseorang yang depresi. Untuk bantuan krisis kejiwaan atau tindak pencegahan bunuh diri di Indonesia, bisa menghubungi: Yayasan Pulih (021) 78842580. 

Baca: Orang Terdekat Ungkap Ingin Bunuh Diri, Respon dengan Cara Ini

MITRA TARIGAN 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."