7 Tanda Dehidrasi Menurut Dokter, Jangan Diabaikan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi wanita minum air. Freepik.com/Jcomp

Ilustrasi wanita minum air. Freepik.com/Jcomp

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Manusia secara alami mengonsumsi dan mengeluarkan air. Jika manusia kehilangan lebih banyak air daripada yang dikonsumsi, maka dapat dikatakan mengalami dehidrasi.

Tetap terhidrasi adalah kunci untuk tubuh terasa lebih baik dan dapat bekerja sebaik mungkin. Tubuh rata-rata terdiri dari 60 persen air. Bicara soal fungsinya, air dibutuhkan dalam berbagai tingkatan kerja tubuh.

Menurut Tamika Henry, dewan dokter umum bersertifikat dan pendiri Unlimited Health Institute di Pasadena, California, air berperan untuk membuang limbah dan racun, mengatur suhu tubuh, melumasi sendi, meningkatkan sel dan jaringan, serta menyehatkan organ. Fungsi lainnya termasuk memproduksi air liur, membantu pencernaan, dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.

Melihat besarnya fungsi air di dalam tubuh, penting mengenali tanda-tanda dehidrasi yang muncul dari fisik maupun mental. Rasa haus adalah tanda umum dehidrasi. Bahkan, menurut dokter Henry, jika Anda haus, berarti sudah mengalami dehidrasi ringan. Jadi, jangan diabaikan, ya. Berikut beberapa tanda dehidrasi yang patut diwaspadai menurut dokter Henry.

1. Bau Mulut

Bau mulut menjadi salah satu penanda dehidrasi karena air liur memiliki sifat antibakteri, dan pembuatan air liur membutuhkan air. Saat mengalami dehidrasi, produksi air liur turun karena tubuh harus melakukan penyelamatan hidrasi dan mengarahkan cairan ke lokasi prioritas yang lebih tinggi. 

“Kemampuan untuk melawan kuman penyebab bau mulut mungkin tidak efisien ketika mengalami dehidrasi, sehingga menyebabkan bau mulut.” Jelas Hyamala Vishnumohan, direktur makanan dan nutrisi dan ahli diet pranatal bersertifikat di One to One Consulting di Perth, Australia.

2. Kerap Merasa Lapar

Kerap merasa lapar atau mengidam sesuatu saat usai makan bisa jadi tanda Anda dehidrasi. Menurut dr. Henry, sangat penting untuk memperhatikan tubuh dan mempelajari perbedaannya bukan karena tidak boleh makan, tetapi karena tubuh mencoba memberi tahu bahwa tubuh membutuhkan air.

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)

3. Sakit Kepala

Dehidrasi dapat menyebabkan cairan keluar dari otak, memberi tekanan pada meningen, dan sebagai hasilnya merangsang reseptor rasa sakit. Menurut dr. Henry, sakit kepala bisa menjadi pertanda bahwa seseorang sudah terlalu lama tidak mengonsumsi air. 

4. Sulit Fokus

Jika sulit fokus, sudah seharusnya untuk meminum air. “Dehidrasi dapat menyebabkan kurangnya kemampuan untuk fokus, menyebabkan hambatan jangka pendek dalam melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan keterampilan motorik dan visual," jelas Dr. Henry. Bahkan dehidrasi ringan dapat menyebabkan masalah kognitif. 

5. Sembelit

Salah satu penyebab sembelit adalah dehidrasi. Menurut dr. Henry, air membantu pencernaan. Pada akhirnya, air salah satu kunci paling membantu untuk menjaga segala sesuatunya tetap bergerak dan teratur dalam proses pencernaan.

6. Mudah Marah

Dehidrasi dapat berperan dalam merusak keadaan pikiran. Contohnya, mudah merasa kesal, rewel, dan tidak sabar. Menurut dr. Henry, dehidrasi dapat menyebabkan efek neurologis yang menyebabkan iritabilitas. 

7. Elastisitas Kulit Mengurang

Pernahkah Anda mencubit tangan Anda untuk melihat apakah tangan Anda kembali seperti semula dengan cepat? Jika tidak, ternyata ini cara yang cukup efektif untuk mengetahui apakah Anda mengalami dehidrasi, kata Vishnumohan.

Untuk mengujinya, gunakan dua jari untuk mencubit kulit di bagian atas tangan, lengan bawah, atau perut. Jika Anda terhidrasi, itu akan segera kembali seperti semula. Sebaliknya, ketika Anda mengalami dehidrasi, kulit Anda kehilangan sebagian elastisitas yang dibutuhkan untuk segera pulih kembali.

Baca juga: Hindari 3 Jenis Minuman yang Bikin Kamu Rentan Dehidrasi, Kafein dan Alkohol

NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI | REAL SIMPLE

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."