Hindari 3 Jenis Minuman yang Bikin Kamu Rentan Dehidrasi, Kafein dan Alkohol

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi minuman manis (pixabay.com)

Ilustrasi minuman manis (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Hidrasi atau pemenuhan kebutuhan cairan tubuh sangat penting untuk semua sel di dalam tubuh yang menggunakan air untuk berbagai fungsi seperti limbah dan mengambil nutrisi. Hidrasi juga membantu tubuh agar dapat berfungsi dengan benar.

Sementara sebagian besar minuman dan makanan tinggi cairan menyediakan air bagi tubuh untuk digunakan dan tetap terhidrasi, beberapa minuman dapat bertindak sebagai diuretik yang memiliki efek sebaliknya. Seseorang mungkin akan kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, atau yang disebut dengan dehidrasi.

Jenis minuman berikut kemungkinan besar berfungsi sebagai diuretik dalam tubuh dan menyebabkan dehidrasi, melansir Medical News Today, Rabu 27 Oktober 2021.

1. Minuman beralkohol

Alkohol bertindak sebagai diuretik dalam tubuh. Ini berarti mendorong tubuh untuk mengeluarkan lebih banyak cairan melalui urin dari biasanya. Saat tubuh memproses alkohol, dia mendorong buang air kecil ekstra untuk membantu menghilangkan alkohol dan produk limbahnya dari tubuh dengan cepat.

Sementara minum cairan ekstra umumnya dapat menyebabkan lebih sering buang air kecil, cairan diuretik seperti alkohol akan mendorong tubuh untuk mengeluarkan lebih banyak cairan. Ini dapat menyebabkan dehidrasi apabila seseorang tidak mendapatkan cukup hidrasi di samping asupan alkohol mereka. Beer and cider, wine, dan liquor adalah beberapa jenis minuman beralkohol. Semakin tinggi kandungan alkohol suatu minuman, maka semakin tinggi risiko seseorang mengalami dehidrasi. 

2. Minuman berkafein

Ilustrasi kopi. Unsplash.com/Kira Auf Der Heide

Dalam beberapa kasus, minuman berkafein dapat bertindak sebagai diuretik ringan. Sejumlah kecil kafein mungkin tidak menjadi masalah bagi kebanyakan orang, meskipun meningkatkan minuman berkafein dapat berkontribusi pada asupan kafein secara keseluruhan. Ini termasuk kopi, teh, soda dan minuman berenergi.

Penelitian tahun 2017 menunjukkan bahwa konsumsi kafein tingkat rendah tidak menyebabkan dehidrasi. Peserta yang mengonsumsi lebih dari 500 miligram (mg) kafein setiap hari menunjukkan gangguan keseimbangan cairan akibat efek diuretik kopi. Tingkat asupan kafein yang sangat tinggi dapat menyebabkan dehidrasi dengan merangsang tubuh untuk melepaskan lebih banyak cairan dari biasanya.

3. Minuman manis

Para ahli percaya bahwa terlalu banyak gula dapat memperburuk dehidrasi dan gejala lainnya. Ini mungkin karena interaksi gula dan air di dalam sel. Asupan gula yang lebih tinggi menyebabkan sel-sel dalam tubuh untuk mentransfer lebih banyak air dan meningkatkan buang air kecil.

Tingkat hidrasi yang lebih rendah dalam tubuh menurunkan volume sel, yang dapat memengaruhi gula darah seseorang. Ketika seseorang memiliki gula darah yang sangat tinggi, tubuh mereka mungkin meminjam air dari area lain untuk menyeimbangkan volume dalam sel. Hal ini dapat mempengaruhi hidrasi seluler. Gula darah yang lebih tinggi juga dapat menyebabkan tubuh lebih banyak buang air kecil untuk membuang kelebihan gula ini, yang dapat mempengaruhi dehidrasi.

Tingkat efek ini dan berapa lama mereka bertahan dapat bervariasi. Anda mungkin perlu untuk menghindari minuman manis seperti jus buah (dengan gula tambahan), koktail buah, teh manis dan soda, minuman berenergi, hingga kopi dan teh dengan tambahan gula atau sirup. Untuk membantu Anda tetap terhidrasi, salah satu yang bisa Anda lakukan adalah dengan menghindari terlalu banyak mengonsumsi minuman yang menyebabkan dehidrasi atau dapat menggantinya dengan minuman yang menghidrasi. Air putih, air mineral, infused water, air kelapa, sparkling water atau teh herbal dapat menjadi pilihan Anda untuk mencegah dehidrasi.

Baca: Usai Olahraga, Hindari Makanan dan Minuman Ini Menurut Ahli Diet

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."