Fenomena Citayam Fashion Week, Pakar UI: Tertarik Pesona Kota Besar

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Gaya para remaja saat mengunjungi kawasan Dukuh Atas, di Sudirman, Jakarta, Senin, 4 Juli 2022. Devie Rahmawati keinginan para remaja untuk mengabadikan momen di kota yang menjadi metrosentrik tersebutlah yang menyebabkan banyak remaja khususnya yang berada di wilayah penyangga seperti Citayam dan Bojonggede berlomba-lomba menjangkau pusat kota Jakarta. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Gaya para remaja saat mengunjungi kawasan Dukuh Atas, di Sudirman, Jakarta, Senin, 4 Juli 2022. Devie Rahmawati keinginan para remaja untuk mengabadikan momen di kota yang menjadi metrosentrik tersebutlah yang menyebabkan banyak remaja khususnya yang berada di wilayah penyangga seperti Citayam dan Bojonggede berlomba-lomba menjangkau pusat kota Jakarta. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Fenomena Citayam Fashion Week menjadi perhatian banyak orang, terutama di media sosial. Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati menilai fenomena remaja asal Citayam dan Bojonggede yang nongkrong di Jakarta tidak bisa dikaitkan dengan minimnya ruang publik di daerah lain. “Ini bukan karena daerah sekitar Jakarta tidak memiliki ruang publik yang baik, tapi pesona kota besar, pesona kehidupan elit,” kata Devie kepada Tempo, Senin 4 Juli 2022.

Devie mengatakan, ini bukanlah merupakan fenomena baru, melainkan sebuah kecenderungan yang terjadi pada remaja di seluruh dunia. Mereka selalu ingin menjadi bagian dari suatu pola yang besar. “Artinya mereka tidak ingin menjadi orang yang tertinggal, anak-anak tersebut ingin menjadi bagian dari representasi kota itu,” kata Devie.

Kemudahan akses transportasi yang dapat dijangkau oleh para remaja itu juga menjadi faktor lain mereka bisa dengan mudah mendatangi kota besar, salah satunya Jakarta. “Mereka bisa mengakses kota dengan cara yang mudah dan murah membuat mereka merasa menjadi remaja yang sudah berarti karena sudah menjadi bagian dari fenomena global, fenomena nasional yang mereka lihat dan mereka tonton di ruang digital,” katanya.

Menurut Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Konservasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok, Indra Kusuma mengatakan, Kota Depok memiliki banyak sekali ruang publik. Ada 54 taman kelurahan dan 1 alun-alun yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas. “Saya kira Depok tidak kekurangan ruang publik, tiap-tiap kelurahan ada taman, jumlahnya kurang lebih ada 54, dan satu alun-alun,” kata Indra.

Tiap taman memiliki ukuran mulai dari 500 hingga 1000 meter yang dilengkapi dengan beragam fasilitas. “Fasilitasnya mulai dari sarana olahraga, taman bermain hingga taman baca,” kata Indra.

Belakangan media sosial ramai soal anak Citayam dan Bojonggede nongkrong di Dukuh Atas dan Terowongan Kendal Jakarta. ABG alias anak baru gede itu memanfaatkan ruang-ruang publik di Jakarta untuk mengekspresikan gaya mereka.

Baca: Tips Menggelar Street Fashion, dari Konsep Hingga Promosi di Instagram

ADE RIDWAN YANDWIPUTRA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."