Gangguan Perkembangan Emosi dan Sosial Anak Berdampak Pada Gangguan Kognitifnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi keluarga. Freepik.com

Ilustrasi keluarga. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Bernie Endyarni Medise mengatakan ada hubungan antara masalah sosial emosional seseorang dengan gangguan kognitifnya. Bila anak mengalami masalah sosial emosional bisa memberikan dampak yang berbeda kepada masing-masing anak. Semua tergantung dengan usia anak dan dukungan dari lingkungannya. "Gangguan emosi dan sosial dapat mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan di masa dewasa seperti gangguan kognitif, depresi, dan potensi penyakit tidak menular," ujar Bernie dalam webinar berjudul "Kiat Keluarga Indonesia Optimalkan Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi" pada Selasa 28 Juni 2022.

Bernie mengingatkan pentingnya bagi para orang tua untuk memahami perkembangan sosial emosional anak khususnya di masa transisi pasca pandemi COVID-19. "Agar anak-anak dapat beradaptasi kembali dengan normal, memiliki keterampilan sosial-emosional yang memadai, serta memiliki kemampuan berpikir yang baik, maka orang tua perlu memantau perkembangan sosial emosional anak secara berkala," katanya. 

Bernie menjelaskan bahwa perkembangan emosi dan sosial berkaitan erat dengan kecerdasan otak dan sistem pencernaan yang sehat. Ketiganya saling terkait dan berpengaruh signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Namun di masa transisi, Bernie mengatakan anak-anak mungkin akan kebingungan menghadapi perubahan ruang dan rutinitas baru saat kembali menjalani kehidupan dan melakukan interaksi sosial.

Untuk mengajarkan sosial emosional pada anak, Bernie mengatakan orang tua perlu memberikan contoh yang baik sebab anak suka meniru orang dewasa. Selain itu, penting juga untuk melibatkan anak sejak dini dalam melakukan tugas-tugas sederhana.

Kemudian, lanjut Bernie, biarkan anak terlibat dalam keputusan keluarga, dorong empati terhadap teman sebayanya, perluas wawasan anak, dan pelihara kepekaan mereka. "Kita juga menggunakan bed talk. Sebelum tidur, dibacakan cerita, ditanya bagaimana tadi siangnya. Ini akan terjadi pengembangan sosial emosional," ujar Birnie.

Selain memantau perkembangan sosial emosional, Bernie juga mengingatkan pentingnya orang tua untuk memberikan stimulasi nutrisi yang tepat untuk anak. Menurut Bernie, stimulasi harus dilakukan sesuai usia secara berulang kali dengan tujuan untuk merangsang semua fungsi dan kemampuan anak agar berkembang optimal. Caranya, dapat melalui suara, musik, getaran, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain, hingga memecahkan masalah.

Sedangkan pemberian nutrisi yang tepat, kata Bernie, tentunya melalui makanan-makanan dengan gizi seimbang. "Selain makanan, juga pola hidup yang lain perlu diperhatikan seperti olahraga," ujarnya.

Baca: Simak 4 Tips Melatih Kesabaran Anak ala Rachel Vennya, Pahami Emosi dan Sabar

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."