Waktu Tunggu Singkat dan Murah Jadi Keunggulan Berobat Telemedicine

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi Layanan Telemedicine. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Ilustrasi Layanan Telemedicine. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Waktu tunggu pasien yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah menjadi dua keunggulan menggunakan platform telemedicine dibanding jika berobat secara konvensional. Hal itu disampaikan Managing Director platform telemedicine PT Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana.

"Berobat di rumah sakit offline membutuhkan waktu 4–5 jam dengan risiko tinggi terpapar COVID-19, menguras energi, dan membutuhkan usaha tinggi, sedangkan dengan layanan Good Doctor hanya membutuhkan waktu 40–45 menit karena konsultasi 24/7 di mana pun dan kapan pun," kata Danu dalam keterangannya pada Selasa 14 Juni 2022.

Danu melanjutkan, selain itu ada potensi ketidaknyamanan akibat kemacetan saat perjalanan ke rumah sakit, bepergian tengah malam ke rumah sakit, atau menggunakan transportasi umum untuk ke rumah sakit.

"Konsultasi daring mampu melindungi dokter dan pasien dari terpapar virus corona atau virus dan penyakit menular lainnya, pengiriman obat secara instan (pasien hanya menunggu di rumah), transaksi dilakukan secara nontunai, dan rata-rata lima kali lebih murah sehingga menghemat limit rawat jalan."

Kini, platform telemedicine juga banyak diminati oleh perusahaan-perusahaan di Tanah Air sebagai salah satu bagian dari paket tunjangan kesehatan untuk karyawan karena dinilai praktis dan efisien, demikian doereninsurance.com.

Karyawan tidak perlu mengambil cuti dari pekerjaan untuk mengunjungi dokter mereka, tetapi tetap mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. Layanan telemedicine juga mengurangi biaya perawatan kesehatan preventif untuk Anda dan karyawan.

Biaya perawatan kesehatan umum terus meningkat, menyebabkan banyak orang melewatkan janji perawatan rutin mereka dalam upaya untuk menghemat uang. Tanpa perawatan preventif, karyawan lebih rentan terhadap kondisi kronis yang memerlukan perawatan bedah dan/atau khusus yang lebih canggih dan mahal.

Studi kasus yang dilakukan oleh PT Good Doctor Technology Indonesia sepanjang tahun 2020–2021 menunjukkan ada delapan gejala paling umum yang dialami oleh karyawan yang melakukan sesi telemedicine di antaranya adalah nasofaringitis akut, faringitis akut, dan laringofaringitis akut. "Tanpa layanan Good Doctor, mereka akan mengunjungi dokter secara offline dan menghabiskan manfaat rawat jalan mereka. Jika mereka berkunjung ke rumah sakit offline akan mengeluarkan biaya untuk dokter dan obat-obatan sekitar Rp404.805, sedangkan jika mereka menggunakan jasa Good Doctor hanya mengeluarkan biaya Rp109.936," kata dia.

Diasumsikan manfaat rawat jalan mereka sekitar Rp2,5 juta per tahun maka mereka hanya bisa berobat ke rumah sakit offline sebanyak 6 kali dalam setahun, sedangkan dengan menggunakan layanan Good Doctor, mereka dapat melakukannya sebanyak 23 kali dalam setahun," kata dia.

Baca: 11 Platform Telemedicine Gratis bagi Pasien Covid-19 yang Jalani Isolasi Mandiri

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."