Selain Rasa, Berikut Hal yang Harus Diperhatikan Merintis Bisnis kuliner

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi bisnis kuliner. Pixabay

Ilustrasi bisnis kuliner. Pixabay

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Penceritaan atau story telling pada jenama menjadi salah satu elemen penting yang perlu diperhatikan saat ingin atau mulai merintis bisnis kuliner, kata Pendiri M Bloc Group, Handoko Hendroyono.

“Karena saya pengalaman di produk atau jenama, pertama adalah narasi. Narasinya harus lebih kuat, story telling-nya harus kuat. Story telling ini sebenarnya berhubungan dengan purpose atau tujuan kita bikin (produk) itu apa. Nah, itu menjadi hal yang sangat penting,” kata Handoko di Jakarta.

Senada dengan Handoko, Chef Dade Akbar berpendapat bahwa dalam dunia kuliner, elemen rasa enak bukan satu-satunya aspek kesuksesan dalam berbisnis. Menurutnya, para pelaku usaha yang tengah membangun bisnis kuliner harus lebih menyadari kekuatan cerita yang dimiliki pada produknya.

“Banyak banget elemen-elemen lain di luar rasa yang memang harus diinovasi, punya terobosan. Salah satunya mungkin tentang narasi brand itu, punya cerita apa,” tutur Dade.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya para pelaku usaha untuk memanfaatkan sumber pengetahuan kelokalan yang mereka miliki untuk mengolah cerita. Setidaknya terdapat dua kunci dalam konteks kuliner nusantara, yaitu mengetahui kekuatan kuliner lokal dan mengetahui bagaimana mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih menarik lagi.

“Pengetahuan itu memang hanya kita yang tahu karena kita orang lokal kita tahu kekuatan kita apa dan kita olah dengan pengetahuan kita,” ujarnya.

Handoko menilai sejauh ini perkembangan bisnis kuliner telah banyak yang mempunyai inisiatif-inisiatif bagus, tidak hanya di kota-kota besar di Indonesia, melainkan juga di kota-kota kecil yang mungkin jarang terekspos.

“Saya sendiri juga berbisnis kopi, jadi sedikit banyak tahu seperti di Madiun atau di Klaten, dan kota-kota lain, itu bertumbuhan F&B lokal yang inovatif-inovatif. Tidak sekadar nilai inovasinya kecil, bukan hanya sekadar bikin (produk), tapi ada unsur inovasinya dan ada unsur narasinya,” cerita Handoko.

Selain itu, Handoko juga menekankan pentingnya mengedepankan ketelusuran (traceability) sumber-sumber bahan baku sehingga narasi produk kuliner menjadi lebih kuat.

“Jadi sumber-sumbernya juga diceritakan. Misalnya, madunya dari pohon yang tingginya lima meter, atau justru di bawah tanah. Kelapanya dari kelapa terbaik di Indonesia, dan lain sebagainya,” terangnya.

Sementara perihal inovasi produk, terutama ketika seseorang hendak mengombinasikan bahan-bahan berbeda untuk menjadi produk baru yang tidak pernah terpikirkan orang-orang sebelumnya, Dade mengatakan penting untuk pelaku usaha menggali referensi dan eksplorasi.

Menurutnya, ketika seseorang telah menganggap bahwa mengombinasikan bahan-bahan yang biasanya tidak lazim, maka ia bisa dengan mudah untuk mengeksplorasi menu. Hal tersebut, lanjut Dade, tentu melalui proses penelitian dan pengembangan (RnD) terlebih dahulu.

Begitu pula dengan cara penyajian menu, eksplorasi menjadi kunci agar produk baru yang telah diciptakan tampil unik dan berbeda dengan produk lain pada umumnya. Dade mengimbau jangan takut untuk tampil berbeda dari yang lain. “Jangan mau biasa-biasa saja. Pilihan aman itu bukan pilihan," saran Dade.

Jangan lupakan kiat-kiat di atas jika Anda tengah merintis bisnis kuliner. 

Baca juga: Tips Merintis Bisnis Kuliner ala Prilly Latuconsina, Kreatif Ciptakan Ide Unik

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."