Terlambat Deteksi Dini Bikin Angka Kematian Akibat Kanker Tinggi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi Kanker. shutterstock.com

Ilustrasi Kanker. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Terlambatnya mendeteksi kanker secara dini menjadi penyebab penyakit ini masih memiliki jumlah kematian tertinggi kedua di Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono mengatakan peringatan Hari Kanker Sedunia tahun ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian bersama sehingga kasus baru kanker tidak terus bertambah.

"Kita dapat memperkecil gap dan penanganan kanker melalui pemerataan dan meningkatkan fasilitas pelayanan kanker mulai dari pencegahan sampai upaya rehabilitasi," ujar Dante dalam webinar "Update Diagnosis and Theraphy of Cancer in Indonesia", Jumat 4 Februari 2022.

Penyakit kanker masih menjadi masalah kesehatan di dunia maupun di Indonesia. Menurut data GLOBOCAN 2020, diperkirakan terdapat 19,3 juta kasus kanker baru dengan kematian lebih dari 10 juta.

Angka ini menempatkan kanker sebagai angka kematian tertinggi kedua di dunia. Di Indonesia, kanker masih menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah jantung dan stroke.

Di tahun 2020, GLOBOCAN mencatat bahwa terdapat 396 ribu kasus baru kanker dan 230 ribu kematian akibat kanker di Indonesia. 54 persen kasus baru tersebut ditemukan pada perempuan dengan proporsi kanker tertinggi adalah kanker payudara sebanyak 65 ribu kasus baru, mengikuti kanker serviks sebanyak 36 ribu kasus baru. Sementara itu kanker paru dan kolorektal menjadi kasus kanker yang paling sering ditemukan pada laki-laki. "Salah satu hal yang mendasari besarnya beban penyakit kanker adalah deteksi dini yang terlambat," kata Dante.

Lebih lanjut Dante menjelaskan, data Kementerian Kesehatan menunjukkan hanya 45 persen puskesmas yang aktif melakukan deteksi dini kanker. Cakupan skrining kanker serviks pada sasaran perempuan hanya 8,29 persen sehingga 70 persen pasien datang dengan stadium lanjut. "Tidak salah jika pembiayaan kanker terus meningkat hingga lebih dari Rp 3 triliun dalam 5 tahun terakhir," ujarnya.

Untuk mengendalikan upaya deteksi dini dan pelayanan preventif kanker, Kementerian Kesehatan telah mendorong upaya transformasi kesehatan. Ada enam pilar transformasi kesehatan dan optimalisasi layanan kanker akan terfokus pada layanan primer dan rujukan.

"Disamping itu, kita juga akan fokus pada insiden yang tinggi yakni kanker payudara, serviks pada perempuan dan paru serta kolorektal pada laki-laki," jelas Dante.

Kementerian Kesehatan memiliki target untuk menurunkan kasus kanker serviks dari 24,4 menjadi 4 per 100 ribu penduduk dan menurunkan kematian kanker payudara sebesar 2,5 persen per tahun hingga tahun 2024.

"Hal ini kita capai dengan pertama, meningkatkan kampanye kasus kanker di 34 provinsi, kedua vaksinasi HPV di 34 provinsi, ketiga deteksi kanker payudara dan serviks hingga 100 persen sasaran, keempat penguatan jejaring layanan kanker di 34 provinsi," kata Dante.

Dante juga mengatakan upaya melaksanakan transformasi ini dibutuhkan gerakan dan dukungan dari semua komponen.

Baca: Peneliti Ungkap Ekstrak Pare Berkhasiat Melawan Sel Kanker

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."