Peneliti Ungkap Ekstrak Pare Berkhasiat Melawan Sel Kanker

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi pare. pixabay.com/VitaminaMov

Ilustrasi pare. pixabay.com/VitaminaMov

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pare termasuk jenis sayur dengan rasa pahit. Sayuran ini telah digunakan sebagai obat tradisional India selama berabad-abad.

Pare, yang juga dikenal sebagai bitter melon, berasal dari negara bagian Kerala, India Selatan. Sayur ini kemudian meluas. Cina pertama kali mengimpor buah pada abad ke-14. Pare kemudian menyebar ke wilayah Afrika dan Karibia.

Baru-baru ini, suplemen ekstrak pare kembali populer sebagai obat alternatif untuk diabetes. Selain itu, penelitian pada tikus menunjukkan bahwa ekstrak pare dapat membantu melawan kanker.

Secara tradisional, pare telah membantu mengobati banyak masalah kesehatan, dan baru-baru ini mendapatkan popularitas sebagai obat alami melawan diabetes. Buah ini juga merupakan makanan pokok masakan Asia tertentu, menambah rasa unik masakan lokal melalui rasa pahit yang khas.

Profesor Ratna Ray dari Universitas Saint Louis di Missouri, Amerika Serikat, dan rekan-rekannya membuat penemuan yang menarik. Dalam percobaan menggunakan model tikus, ekstrak pare tampak efektif mencegah tumor kanker tumbuh dan menyebar.

Ray tumbuh di India yang tidak hanya akrab dengan kualitas kuliner pare, tetapi juga dengan sifat obat yang dikandungnya. Penelitian ini menumbuhkan keingintahuan apakah tanaman itu juga mengandung zat yang efektif untuk perawatan antikanker.

Dia dan rekan-rekannya memutuskan untuk menguji dalam studi pendahuluan dengan menggunakan ekstrak pare pada berbagai jenis sel kanker, termasuk payudara, prostat, kepala, dan leher.

Tes laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak pare menghentikan replikasi sel-sel. Tes tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak pare mungkin efektif dalam mencegah penyebaran kanker.

Dalam percobaan lebih lanjut menggunakan tikus, para peneliti menemukan bahwa ekstrak ini mampu mengurangi kejadian kanker lidah. Dalam studi mereka, Ray dan tim mencoba mencari tahu senyawa apa yang diserap sel kanker dari ekstrak pare. Kali ini, mereka menggunakan model tikus untuk mempelajari mekanisme melalui ekstrak pare yang berinteraksi dengan tumor kanker mulut dan lidah.

Mereka melihat bahwa ekstrak berinteraksi dengan molekul yang memungkinkan glukosa dan lemak untuk beredar ke seluruh tubuh, dalam beberapa kasus "memberi makan" sel-sel kanker dan memungkinkan untuk berkembang.

Dengan mengganggu jalur tersebut, ekstrak pare pada dasarnya menghentikan pertumbuhan tumor kanker, dan bahkan menyebabkan kematian beberapa sel kanker.

"Semua studi model hewan yang telah kami lakukan memberi kami hasil yang serupa, sekitar 50 persen pengurangan pertumbuhan tumor," kata Ray, dilansir Medical News Today.

Masih belum jelas apakah pare akan memiliki efek yang sama pada manusia. Tetapi, Ray dan rekannya menjelaskan bahwa ke depan, inilah yang ingin mereka ketahui.

"Langkah kami selanjutnya adalah melakukan studi percontohan pada orang dengan kanker untuk melihat apakah pare memiliki manfaat klinis dan merupakan terapi tambahan yang menjanjikan untuk perawatan saat ini," ucap ia.

Ray tampaknya yakin bahwa tanaman itu setidaknya merupakan penyumbang positif bagi kesehatan pribadi. "Beberapa orang makan apel sehari, dan saya akan makan pare sekali sehari. Saya menikmati rasanya," pungkas Ray.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."