Waspada Penyakit Tersembunyi, Yuk Pantau Nafsu Makan Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi anak makan. Pixabay.com/EdMontez

Ilustrasi anak makan. Pixabay.com/EdMontez

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Terdapat beberapa silent disease atau penyakit tersembunyi pada anak. Sebagai ibu, memantau perkembangan anak sangat penting, termasuk kecepatan untuk mendeteksi perilaku-perilaku janggal pada anak.

Anak sering sekali mogok makan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan tidak bergeming ketika melihat makanan kesukaannya. Hal ini mungkin aman bila hanya 2-3 hari saja mogok makan itu berlangsung. Namun bila mogok makan berlangsung hingga berbulan-bulan, hingga membuat berat badan anak turun drastis, maka tindakan cepat perlu dilakukan segera.

“Kita selalu mengatakan bahwa kalau ada anak tidak mau makan bahkan sampai dua bulan berturut-turut, berat badan tidak naik, bisa jadi ini bukan lagi tentang makanan tentang perilaku, diam-diam anak ini punya penyakit. Bisa jadi anak alami anemia,” kata Ahli Gizi DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum dalam Live Instagram bersama Cantika pada Jumat, 28 Januari 2022.

Tan menyarankan agar para orang tua segera mendatangi dokter spesialis anak ketika menemukan kasus seperti itu. Tan khawatir anak bisa alami infeksi yang tersembunyi pada anak. “Banyak sekali ibu-ibu kita tuh denial, malu dibilang anaknya punya infeksi. Padahal, kalau semakin kita menginjak bumi, mengamini yaudah emang kenapa, kita mempunyai jalan keluar lebih cepat. Intervensi dini itu penting,” katanya.

Tan juga menegaskan kepada para ibu untuk siap siaga dalam memantau perkembangan anak. Beberapa penyakit seperti Tuberkulosis (TBC) dan anemia pada anak seringkali jarang terdeteksi karena tidak memiliki gejala yang parah, hanya seperti susah makan saja. Padahal, Tan mengatakan bahwa salah satu penyakit menular yang masih merajalela di Indonesia dengan tingkat kematian lebih tinggi dari COVID-19 adalah TBC. Penyakit itu bahkan sangat fatal jika dialami anak.

“TBC sangat fatal kalau dialami anak karena anak dengan TBC tidak punya gejala seperti orang dewasa. Jadi, banyak ibu-ibu masih denial, ‘anak saya aktif kok’, lah kalau sudah nggak aktif anaknya namanya masuk UGD,” kata Tan.

Tan mengimbau kepada para ibu-ibu meskipun anak terlihat aktif dan tidak batuk, harus tetap waspada dengan TBC. Ia mengatakan bahwa TBC sangat mengerikan. Anak dengan TBC kerap tidak batuk seperti orang dewasa. Anak pun biasanya tertular dari orang dewasa, dan karena sarang infeksinya di paru-paru, itu tidak sama dengan lokalisasinya orang dewasa.

“Nah, salah satu ciri yang paling-paling sering kita lihat adalah anaknya tidak naik berat badannya, walaupun dia makannya lahap. Anak makan tapi berat badan tidak naik, apalagi kalau berat badannya tidak naik dan anaknya tidak mau makan karena TBC plus anemia itu memberikan napsu makan yang sangat buruk,” jelasnya.

Ia pun mengimbau para orang tua untuk memantau nafsu makan dan perilaku anak, sehingga berbagai penyakit termasuk yang penyakit tersembunyi bisa dideteksi sejak dini. Semakin cepat penyakit tersembunyi ditangani, maka semakin cepat juga kesembuhan anak. Tan menegaskan agar penyakit tersembunyi tersebut tak berlarut-larut agar tidak menimbulkan risiko stunting. “Sebab kalau berat badannya gak naik, lama-lama imbasnya tinggi badannya tidak naik, nah itu cikal bakal cerita sedih dari stunting ya,” ujar Tan.

Baca: Mengurus Dua Anak Balita, Paula Verhoeven: Repot Tapi Seru

BERNADETTE JEANE WIDJAJA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."