Alasan Generasi Muda Sekarang Susah Kelola Keuangan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ilustrasi perencanaan keuangan (pixabay.com)

Ilustrasi perencanaan keuangan (pixabay.com)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Marketing Comunication Division Head Amir Widjaja mengatakan ada beberapa alasan generasi muda saat ini masih kesulitan mengelola keuangan. "Salah satunya adalah masalah kultural dan edukasi finansial kita yang masih kurang," katanya pada peluncuran Nyala OCBC NISP Nge-Gym Finansial pada 7 Juli 2021. 

Indikator Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia masih rendah. Literasi finansial di Indonesia juga masih minim. Akibatnya pola pikir pemikiran kritis masyarakat pun masih rendah. Budaya tidak suka membaca pun menambah buruknya kondisi literasi bangsa. 

Salah satu akibatnya adalah orang bisa dengan mudah dibohongi keuangannya. Belum lagi, masih banyak masyarakat Indonesia yang dengan mudahnya memberikan data pribadi bahkan nomor OTP. 

Masalah finansial ini, kata Amir, tidak dimulai saat kita sudah bekerja, namun memang sejak muda. Ia mengatakan di lingkungan dia, yang kebanyakan berlatar belakang finansial dan banker, baru kira-kira 15 persen saja yang sudah berani menyicil rumah, serta memiliki reksadana. "Angka itu sangat kecil, padahal latar belakang kami pengelola keuangan yang seharusnya sudah melek soal keuangan," katanya. 

Nge-Gym Finansial sebuah rangkaian kelas Financial Fitness oleh OCBC NISP/OCBC NISP

Contoh lain yang dikatakan Amir adalah dari pengalaman asisten rumah tangganya yang berasal dari Trenggalek, Jawa Timur. Menurut Amir, setelah lama tidak jumpa, sang asisten rumah tangganya datang kepada Amir. Ia mengadu bahwa anak si asisten rumah tangga yang masih SMP ini meraung-raung tidak ingin sekolah. "Anak asisten rumah tangga saya bilang tidak mau bersekolah kalau orang tuanya tidak membelikannya motor," kata Amir. 

Kasus mirip juga dia dengar dari cerita salah satu koleganya yang berdomisili di Jakarta. Anak koleganya itu bersekolah di sekolah berstandar internasional. Lalu pada suatu hari sang anak meraung-raung kepada sang ayah karena tidak dijemput dengan mobil Alphard, salah satu mobil mewah. "Dia menangis di gerbang dan menghubungi orang tuanya sambil mengamuk karena dijemput dengan mobil Innova," kata Amir. 

Dari kedua kasus ini, Amir melihat bahwa kurangnya edukasi finansial bukan berdasarkan latar belakang keuangan keluarga. "Jadi bukan urusan kaya dan miskin, kita punya masalah yang sama. Ini masalah budaya. Tidak banyak anak yang diajarkan soal bagaimana perjuangan orang tua mereka mencari nafkah. Dalam mengelola keuangan itu, mindset dan atitude sangat penting," katanya.

Untuk mengatasi masalah kurangnya edukasi finansial, OCBC NISP meluncurkan Nge-Gym Finansial sebuah rangkaian kelas Financial Fitness. Rangkaian kelas ini membahas solusi dari isu dan permasalahan finansial yang sering dialami sesuai kondisi saat ini dan didukung juga dengan solusi program pendampingan yang komprehensif, mulai dari NYALA Financial Fitness Coaches, Komunitas Ruang meNYALA, platform edukasi www.ruangmenyala.com dan Ruang MeNYALA Financial Fitness Gym. 

Dimulai tanggal 8 Juli 2021, melalui platform edukasi RuangMenyala.com OCBC NISP hadirkan lebih dari 80 rangkaian kelas Financial Fitness dengan berbagai narasumber sebagai coach dari Komunitas meNyala, seperti Felicia Putri Tjiasaka, Dennis, Natasya Herlind, Jonathan End, Ario Pratomo, dan William Sudhana. Kelas ini akan mengangkat topik yang relevan dihadapi generasi muda, seperti bagaimana mengatur keuangan keluarga, membayar cicilan KPR, mengatur penggunaan kartu kredit, menyiapkan dana darurat, dan berbagai isu lainnya secara interaktif.

Sebelum mengikuti Kelas Financial Fitness, para peserta dapat melakukan Financial Fitness Quick Check-up, guna mendapatkan pemahaman seberapa fit pengelolaan keuangan mereka saat ini. Check-up ini akan mengali kebiasaan-kebiasaaan peserta terkait keuangan, seperti apakah mereka suka mengedukasi diri tentang perencanaan keuangan, apakah alokasi anggaran bulanan sudah tepat, apakah rajin melakukan pencatatan keuangan, dan berbagai habit finansial yang sehat lainnya. Hal tersebut akan dijadikan pengukuran untuk menentukan seberapa fit keuangan peserta dan juga Kelas Financial Fitness cocok dan tepat sesuai dengan kebutuhan peserta.  

Amir mengatakan yang membedakan kelas Financial Fitness ini dengan kelas edukasi lainnya adalah topik yang dihadirkan mulai dari pengetahuan dasar sampai yang advance untuk memenuhi kebutuhan yang beragam sesuai kondisi peserta, menyediakan kesempatan bagi peserta untuk share pengalaman pribadi, ada sesi praktek langsung bersama para coach dan  juga bimbingan setelah kelas berlangsung.

"Dengan rangkaian kelas Financial Fitness yang didukung oleh NYALA Financial Fitness Coaches, kami berharap bisa mengedukasi, mengarahkan, mendukung dan membentuk kebiasaan keuangan yang baik,” kata Amir. 

Financial Fitness Director NYALA | OCBC NISP, Deddy Corbuzier dalam keterangan tertulisnya mengatakan sama seperti program kebugaran fisik, bugar secara finansial juga membutuhkan disiplin, komitmen dan persistensi dalam berjuang mengubah cara kita mengelola keuangan. Kegiatan edukasi finansial ini perlu didukung dengan latihan, general check-up, serta bimbingan dari coach atau trainer. "Kelas-kelas Financial Fitness menjadi penting untuk dihadiri, sama seperti kita menghadiri kelas-kelas kebugaran di gym. Kelas kebugaran menjadi menarik karena ada coaches yang membantu kita, serta akses untuk bertanya langsung, dan ada teman-teman sekelas untuk berbagi semangat sehat. Saya mengajak semua generasi muda untuk mulai #FinanciallyFit,” kata Deddy.

Untuk bisa ikutan kelas gratis Nge-Gym Financial dari NYALA| OCBC NISP, masyarakat bisa langsung mengunjungi https://ruangmenyala.com/quizzes/fitcheckup. Ikutan Financial Fitness Quick Check-up supaya dapat tentukan Kelas Financial Fitness yang cocok dan sesuai kondisi kesehatan keuangan Anda. 

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."