Hati-hati, Insomnia Bisa Picu Diabetes, Menurut Penelitian

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Wanita mengalami susah tidur atau insomnia. Freepik.com/Jcomp

Wanita mengalami susah tidur atau insomnia. Freepik.com/Jcomp

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Pola makan sehat dan rutin olahraga termasuk cara menjaga kadar gula darah tetap stabil. Selain itu, jangan lupakan pentingnya kualitas tidur. Sebab ada sejumlah orang yang menyepelekan susah tidur atau insomnia, sehingga bisa berisiko mengidap diabetes.

Ada korelasi langsung antara waktu tidur dan kadar gula darah. Faktanya, saat jumlah tidur berkurang, gula darah meningkat. Saat kadar gula darah meningkat, maka bertambah besar risiko terkena diabetes.

Dalam suatu penelitian yang diterbitkan dalam Diabetes Metabolism Research and Reviews ditemukan penderita insomnia meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Studi tersebut menemukan orang yang lebih muda, yang berusia di bawah 40 tahun, sangat rentan terkena diabetes jika mengalami insomnia terus-menerus.

Tercatat dari penelitian risiko diabetes 16 persen lebih tinggi pada penderita insomnia dibandingkan pada subjek pembanding. Kelompok usia 40 tahun ke bawah dengan insomnia memiliki kemungkinan 31 persen lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan kelompok usia 40 tahun ke bawah tanpa insomnia.

Mereka yang berusia 41-65 tahun dengan insomnia memiliki kemungkinan 24 persen lebih tinggi terkena diabetes dibandingkan rentang usia yang sama tanpa insomnia. Bagi yang berusia 66 tahun ke atas dengan insomnia hanya 6 persen lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan usia yang sama tanpa gangguan tidur.

Baca juga: Selain Tomat dan Bayam, 7 Sayuran Ini Baik untuk Penderita Diabetes

Ditemukan juga bahwa durasi insomnia penting dibandingkan dengan yang tidak menderita insomnia, mereka yang mengidapnya setidaknya selama delapan tahun memiliki risiko 50 persen lebih tinggi terkena diabetes. Sementara penderita insomnia selama empat tahun atau kurang memiliki risiko 14 persen lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami insomnia. Meski terdengar kontradiktif, tidur dapat meningkatkan dan menurunkan kadar glukosa, jelas Sleep Foundation.

Tubuh mengalami siklus perubahan setiap hari disebut ritme sirkadian, yang secara alami meningkatkan kadar gula darah di malam hari dan saat tidur. Peningkatan gula darah alami ini tidak perlu dikhawatirkan.

Tidur restoratif juga dapat menurunkan kadar gula darah yang tidak sehat dengan mempromosikan sistem yang sehat. Kurang tidur merupakan faktor risiko peningkatan kadar gula darah. "Bahkan, kurang tidur parsial selama satu malam meningkatkan resistensi insulin, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kadar gula darah," papar penelitian itu, dilansir dari Express.

Dalam sebuah penelitian lain yang diterbitkan di Perpustakaan Nasional Amerika Serikat, Institut Kesehatan Nasional, menganalisis lebih lanjut kurang tidur dengan meningkatkan faktor risiko resistensi insulin. Studi tersebut mencatat meskipun tidur memberikan efek modulasi yang ditandai metabolisme glukosa dan mekanisme molekuler untuk interaksi antara tidur dan makan telah didokumentasikan, dampak potensial dari kurang tidur berulang pada risiko diabetes dan obesitas terus diselidiki.

Dalam penelitian laboratorium terhadap orang dewasa muda yang sehat dan patuh pada pembatasan tidur parsial berulang, perubahan yang ditandai dalam metabolisme glukosa termasuk penurunan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin telah terbukti. Studi tersebut menyimpulkan kurang tidur kronis merupakan faktor risiko kenaikan berat badan, resistensi insulin, dan diabetes tipe 2. "Studi menunjukkan orang yang biasanya tidur kurang dari lima jam semalam memiliki peningkatan risiko terkena diabetes," tambah NHS.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."